Thursday, 2 January 2014

METODE HARGA POKOK PESANAN

A.    Metode Pengumpulan Harga Pokok

Metode pengumpulan harga pokok dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
1.      Metode harga pokok pesanan
Metode harga pokok pesanan adalah metode pengumpulan harga pokok produk di mana biaya dikumpulkan untuk setiap pesanan. Pengolahan produk akan dimulai setelah datangnya ada pesanan
2.      Metode harga pokok proses
Metode harga pokok proses adalah metode pengumpulan harga pokok produk dimana biaya dikumpulkan untuk setiap satuan waktu tertentu. Pada metode harga pokok proses perusahaan menghasilkan produk yang homogin, bentuk produk bersifat standar, dan tidak tergantung spesifikasi yang diminta oleh pembeli.

B.     Karakteristik Harga Pokok Pesanan

Pada perusahaan yang menggunakan metode harga pokok pesanan memiliki karakteristik, sebagai berikut:
1.      Tujuan produksi perusahaan untuk melayani pesanan pembeli yang bentuknya tergantung pada spesifikasi pemesan
2.      Biaya produksi dikumpulkan untuk setiap pesanan dengan tujuan dapat dihitung harga pokok pesanan dengan relatif teliti dan adil. Dihubungkan dengan sistem akuntansi biaya yang digunakan untuk membebankan harga pokok kepada produk, metode harga pokok pesanan menggunakan:
a.       Sistem harga pokok historis digunakan untuk biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung , sedangkan untuk biaya overhead pabrik menggunakan tarif biaya yang ditentukan dimuka.
b.      Dalam metode harga pokok pesanan, dapat juga menggunakan Sistem harga pokok yang ditentukan dimuka untuk seluruh elemen biaya.
c.       Jumlah total harga pokok untuk pesanan tertentu dihitung pada saat pesanan selesai, dengan menjumlahkan seluruh biaya yang dibebankan kepada pesanan yang bersangkutan. Harga pokok satuan dihitung dengan cara membagi jumlah total harga pokok pesanan dengan jumlah satuan produk pesanan.

C.    Aliran Kegiatan Perusahaan Manufaktur

Aliran harga pokok produk menunjukkan aliran biaya produksi dalam rangka kegiatan pengolahan bahan baku menjadi produk selesai yang selanjutnya dijual, oleh karena itu aliran harga pokok produk akan dipengaruhi aliran kegiatan.
Aliran kegiatan perusahaan manufaktur secara umum terdiri dari:
1.      Pengadaan
Pengadaan adalah kegiatan untuk memperoleh atau mengadakan barang dan jasa yang akan dikonsumsi dalam kegiatan produksi, dapat dikelompokkan menjadi:
a.       Pembelian, penerimaan, dan penyimpanan bahan baku, bahan penolong, supplies pabrik, dan elemen lainnya yang akan dikonsumsi dalam kegiatan produksi
b.      Perolehan jasa dari tenaga kerja langsung, tenaga kerja tak langsung dan jasa lainnya yang akan dikonsumsi dalam kegiatan produksi.
2.      Produksi
Produksi adalah kegiatan pengolah bahan baku menjadi produk selesai. Pada kegiatan tersebut akan dikonsumsi bahan baku, tenaga kerja langsung, barang dan jasa lainnya yang dikelompokkan dalam overhead pabrik.
3.      Penyimpanan produk selesai
Produk yang telah selesai diproduksi dari pabrik akan dipindahkan ke dalam gudang produk selesai menunggu saat dijual atau diserahkan kepada pemesan.
4.      Penjualan produk selesai.
Produk yang sudah laku dijual akan dikeluarkan dari gudang produk selesai untuk dikirim kepada pembeli, dan perusahaan dapat membebani rekening langganan atau pembeli.

D.    Prosedur Akuntansi Biaya pada metode Harga Pokok Pesanan

Prosedur akuntansi biaya pada metode harga pokok pesanan dapat dikelompokkan menjadi:
1.      Prosedur akuntansi biaya bahan dan supplies.
2.      Prosedur akuntansi biaya tenaga kerja.
3.      Prosedur akuntansi biaya overhead pabrik.
4.      Prosedur akuntansi produk selesai dan produk dalam proses akhir periode
5.      Prosedur akuntansi penjualan dan penyerahan produk kepada pemesan.
Berikut ini akan dibahas per prosedur, sesuai dengan urutan yang telah disebutkan diatas.

1.      Prosedur akuntansi biaya bahan dan supplies

Prosedur akuntansi biaya bahan dan supplies meliputi prosedur pembelian sampai dengan pemakaian bahan dan supplies di dalam pabrik. Secara ringkas prosedur akuntansi bahan dan supplies dapat digambarkan sebagai berikut:.

Transaksi dan Dokumen Dasar
Jurnal Transaksi
Buku Besar Pembantu
Pembelian Bahan dan Supplies:
   Faktur Pembelian
   BuktiPenerimaan Barang
   Pesanan Pembelian

Pengembalian Pembelian:
   Debit Memorandum
   Laporan Pengiriman
Pengembalian Pembelian

Persediaan Bahan Baku        xx
Persediaan Bahan Penolong   xx
Persediaan Supplies Pabrik    xx
          Hutang Dagang                        xx


Hutang Dagang                      xx
          Persediaan Bahan Baku         xx
          Persediaan Bahan Penolong    xx
          Persediaan Supplies Pabrik     xx
Kartu Persediaan:
   Bahan Baku
   Bahan Penolong
   Supplies Pabrik


Kartu Persediaan:
   Bahan Baku
   Bahan Penolong
   Supplies Pabrik

Potongan Tunai Pembelian:
  Bukti Kas Keluar
Hutang Dagang                      xx
          Persediaan Bahan Baku         xx
          Persediaan Bahan Penolong    xx
          Persediaan Supplies Pabrik     xx
          Kas                                         xx
Atau:
Hutang Dagang                      xx
          Penghasilan Lain-Lain           xx
          Kas                                         xx

Kartu Persediaan:
   Bahan Baku
   Bahan Penolong
   Supplies Pabrik

Pemakaian Bahan Baku:
  Bon Permintaan Bahan
Barang Dalam Proses- B. Bhn Baku xx
          Persediaan Bahan Baku               xx
Kartu Persediaan:
   Bahan Baku
   Kartu Harga Pokok Pesanan
Pemakaian Bahan Penolong:
  Bon Permintaan Bahan


Pemakaian Supplies Pabrik:
   Bon Permintaan Bahan
Biaya Overhead P Sesungguhnya     xx
           Persediaan Bahan Penolong        xx



Biaya Overhead P Sesungguhnya     xx
          Persediaan Supplies Pabrik          xx
Kartu Persediaan:
    Bahan Penolong
Kartu Biaya:
     Overhead Pabrik

Kartu Persediaan:
     Supplies Pabrik
Kartu Biaya:
     Overhead Pabrik
Pengembalian Bahan Baku dari Pabrik ke Gudang Bahan
Persediaan Bahan Baku                   xx
         Barang Dalam Proses-
         Biaya Bahan Baku                       xx
Kartu Persediaan:
    Bahan Baku
Kartu Harga Pokok Pesanan

2.      Prosedur akuntansi biaya tenaga kerja.

Prosedur akuntansi biaya tenaga kerja meliputi prosedur terjadinya gaji dan upah, pembayaran gaji dan upah, dan distribusi gaji dan upah untuk semua karyawan perusahaan baik produksi maupun bagian non produksi. Secara ringkas prosedur akuntansi biaya tenaga kerja adalah sebagai berikut:
     
Transaksi dan Dokumen Dasar
Jurnal Transaksi
Buku Besar Pembantu
Penentuan Gaji dan Upah:
   Daftar Hadir
   Kartu Jam Kerja
   Daftar Gaji dan Upah
Biaya Gaji dan Upah                xx
          Hutang Pajak Pendapatan          xx
          Hutang Dana Pensiun                xx
          Hutang Astek                             xx
          Hutang Asuransi Hari Tua         xx
          Piutang Karyawan                     xx
          Hutang Gaji dan Upah               xx

Pembayaran Gaji dan Upah:
   Bukti Kas Keluar
Hutang Gaji dan Upah             xx
          Kas                                            xx

Distribusi Gaji dan Upah:
   Perintah Jurnal
Barang Dalam Proses- B TKL  xx
BOP Sesungguhnya                  xx
Biaya Pemasaran                      xx
Biaya Administrasi dan Umum xx
          Biaya Gaji dan Upah                xx
Kartu Harga Pokok Pesanan dan Kartu Biaya Overhead Pabrik
Pemasaran
Administrasi dan Umum
Beban atas Gaji dan Upah:
   Daftar Sumbangan atas    
   Gaji dan Upah
BOP Sesungguhnya                  xx
Biaya Pemasaran                      xx
Biaya Administrasi dan Umum xx
          Hutang Pajak Pendapatan          xx
          Hutang Dana Pensiun                xx
          Hutang Astek                             xx
          Hutang Asuransi Hari Tua         xx

Karu Biaya:
   Overhead Pabrik
   Pemasaran
   Administrasi dan   
   Umum
Penyetoran atas Potongan dan beban Gaji dan upah:
    Bukti Kas Keluar
Hutang Pajak Pendapatan          xx
Hutang Dana Pensiun                xx
Hutang Astek                             xx
Hutang Asuransi Hari Tua         xx
           Kas                                          xx


3.      Prosedur akuntansi biaya overhead pabrik

Biaya overhead pabrik merupakan biaya yang paling komplek.untuk keadilan dan ketelitian pembebanan harus digunakan tarif biaya overhead pabrik yang ditentukan dimuka.
Apabila tarif biaya overhead pabrik sudah ditentukan, prosedur akuntansi biaya overhead pabrik sebagai berikut:
a.       Prosedur pembebanan biaya overhead pabrik pada pesanan
Atas dasar perintah jurnal, maka dibuat jurnal pembebanan BOP dan dimasukkan ke dalam Kartu Harga Pokok Pesanan.

            Barang Dalam Proses – Biaya Overhead Pabrik         xx
                        Biaya Overhead Pabrik Dibebankan                           xx

b.      Prosedur akuntansi pengumpulan biaya overhead pabrik yang sesungguhnya
Biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi dalam periode yang bersangkutan ditampung dalam rekening Biaya Overhead Sesungguhnya dan dimasukkan ke dalam Kartu Pembantu Biaya Overhead Pabrik. Berikut ini dibahas  jurnal untuk setiap elemen:
(1)   Biaya Bahan Penolong (secara detail telah dibahas di prosedur akuntansi biaya Bahan). Jurnal untuk pemakaian bahan penolong sbb:

Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya                       xx
            Persediaan Bahan Penolong                                        xx

(2)   Biaya tenaga Kerja Tak Langsung (secara detail telah dibahas di prosedur akuntansi biaya tenaga kerja). Atas dasar Daftar Gaji dan Upah, maka jurnal untuk biaya tenaga kerja tak langsung sbb:

Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya                       xx
                  Biaya Gaji dan Upah                                                  xx

Jika Pajak, dan asuransi menjadi tanggungan perusahaan, maka jurnalnya:

                                    Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya                         xx
                                                 Hutang Pajak Pendapatan                                           xx
                                                 Hutang Dana Pensiun                                                 xx
                                                 Hutang Astek                                                                          xx
                                                 Hutang Asuransi Hari Tua                                                      xx

(3)   Biaya Penyusutan dan Amortisasi Aktiva Tetap Pabrik
Jurnal untuk penyusutan dan amortisasi aktiva pabrik adalah:

      Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya                       xx
                  Akumulasi Peyusutan Mesin                                       xx
                  Akumulasi Penyusutan Bangunan                              xx
                  Akumulasi Penyusutan Peralatan                                xx
                  Amortisasi Hak Paten                                                 xx

(4)   Biaya Reparasi dan Pemeliharaan Aktiva Tetap Pabrik
Biaya reparasi dan pemeliharaan timbul karena pembelian suku cadang atau pembelian jasa reparasi.
Jika terjadi pembelian suku cadang, maka jurnalnya sbb:

      Persediaan Suku Cadang                                            xx
                  Hutang Dagang/ Kas                                                  xx

Jika terjadi pemakaian suku cadang, mak jurnalnya sbb:

      Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya                       xx
                  Persediaan Suku Cadang                                            xx

Jika terjadi pembayaran jasa atas servis yang diterima perusahaan, maka jurnalnya adalah:

      Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya                       xx
                  Kas                                                                              xx

(5)   Biaya Listrik dan Air untuk Pabrik
Jurnal untuk pemakaian listrik dan air untuk pabrik sbb:

      Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya                       xx
                  Kas/ Hutang Biaya                                                      xx

(6)   Biaya Asuransi Pabrik
Jurnal pada saat pembayaran persekot asuransi sbb:

      Persekot Asuransi                                                       xx
                  Kas                                                                              xx

Jurnal pada saat pengakuan biaya:

      Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya                       xx
                  Persekot Asuransi                                                       xx

c.       Prosedur akuntansi perhitungan dan perlakuan selisih biaya overhead pabrik
Pada akhir periode akuntansi akan dihitung besarnya selisih biaya BOP sesungguhnya dengan BOP yang dibebankan. Berikut ini jurnal yang biasanya dibuat di perusahaan:
(1)   Jurnal menutup biaya overhead pabrik dibebankan ke biaya overhead pabrik sesungguhnya.

Biaya Overhead Pabrik Dibebankan                           xx
            Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya                       xx

(2)   Jurnal untuk menutup biaya overhead pabrik sesungguhnya dan menghitung selisih
Apabila BOP sesungguhnya lebih besar dibandingkan BOP dibebankan, maka jurnalnya sbb:

      Selisih Biaya Overhead Pabrik                                   xx
                  BOP Sesungguhnya                                                    xx

Apabila BOP sesungguhnya lebih kecil dibandingkan BOP dibebankan, maka jurnalnya sbb:

      BOP Sesungguhnya                                                    xx
                  Selisih Biaya Overhead Pabrik                                   xx

(3)   Salah satu perlakuan yaitu masuk ke rekening Rugi laba
Jika terdapat selisih tidak mengguntungkan, maka jurnal sbb:

      Rugi-Laba                                                                   xx
                  Selisih Biaya Overhead Pabrik                                   xx

Jika terdapat selisih menguntungkan, maka jurnalnya yang dibuat adalah:

      Selisih Biaya Overhead Pabrik                                   xx
                  Rugi-Laba                                                                   xx

4.      Prosedur akuntansi produk selesai dan produk dalam proses akhir periode
Jika pesanan telah selesai di produksi, maka jurnal yang dibuat sbb:

      Persediaan Produk Selesai                                                      xx
                  Barang Dalam Proses- Biaya Bahan Baku                              xx
                  Barang Dalam Proses- Biaya Tenaga Kerja Langsung           xx
                  Barang Dalam Proses- Biaya Overhead Pabrik                      xx

Jika pada akhir periode masih ada pesanan yang belum selesai, maka jurnalnya adalah:

      Persediaan Produk dalam Proses                                            xx
                  Barang Dalam Proses- Biaya Bahan Baku                              xx
                  Barang Dalam Proses- Biaya Tenaga Kerja Langsung           xx
                  Barang Dalam Proses- Biaya Overhead Pabrik                      xx

5.      Prosedur akuntansi penjualan dan penyerahan produk kepada pemesan.
Berdasarkan faktur penjualan, maka jurnal penjualan barang adalah:
                 
      Piutang Dagang/ Kas                                                              xx
                  Penjualan                                                                                 xx

      Harga Pokok Penjualan                                                           xx
                  Persediaan Produk Selesai                                                      xx

 E.   Perlakuan Sisa Bahan, Produk Rusak, Produk cacat pada Metode Harga Pokok Pesanan

Dalam pengolahan produk untuk melayani pesanan, kemungkinan timbul sisa bahan, produk rusak, maupun produk cacat.Bagi manajemen masalahnya adalah bagaimana dapat menekan timbulnya sisa bahan, produk cacat dan produk rusak serendah mungkin. Berkut ini dibahas tentang masalah perlakuan akuntansi untuk masing-masing:
1.      Sisa Bahan
Dalam perusahaan manufaktur dapat timbul sisa bahan dari proses pengolahan produk, yang disebut sisa bahan. Sisa bahan adalah bahan yang tersisa atau bahan yang rusak di dalam proses pengolahan produk atau penyimpanan dan tidak dapat digunakan kembali dalam perusahaan.
Sisa bahan dapat dikelompokkan menjadi dua:
a.       Sisa bahan yang tidak laku dijual
(1)   Apabila sisa bahan terjadinya karena pengerjaan pesanan tertentu, biaya pembuangan atau pemusnahan sisa bahan dapat digunakan untuk menambah elemen biaya bahan baku pesanan yang bersangkutan. Jurnal yang digunakan untuk mencatat biaya pemusnahan sisa bahan adalah:

Barang Dalam Proses – Biaya Bahan          xx
         Kas                                                                  xx

(2)   Apabila sisa bahan secara normal terjadinya dalam perusahaan, biaya tersebut dapat diperlakukan sebagai biaya overhead pabrik sesungguhnya.Jurnal yang digunakan untuk mencatat biaya pemusnahan sisa bahan adalah:

Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya        xx
         Kas                                                                  xx

b.      Sisa bahan yang laku dijual
(1)   Apabila timbulnya sisa bahan disebabkan karena pengolahan pesanan tertentu, hasil sisa bahan diperlakukan sebagai pengurang biaya bahan baku atau pengurang biaya keseluruhan biaya produksi pesanan yang bersangkutan. Jurnal yang digunakan untuk mencatat penjualan sisa bahan adalah:

Kas                                                               xx
         Barang Dalam Proses – Biaya Bahan             xx

(2)   Apabila timbulnya sisa bahan sifanya normal di dalam suatu perusahaan, perlakuan hasil penjualan dapat digunakan cara sbb:
(a)    Hasil penjualan sisa bahan diperlakukan sebagai pengurang biaya overhead pabrik yang sesungguhnya. Jurnal yang digunakan untuk mencatat penjualan sisa bahan adalah:

Kas                                                      xx
            Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya           xx


(b)   Hasil penjualan sisa bahan diperlakukan sebagai penghasilan lain-lain.Jurnal yang digunakan untuk mencatat penjualan sisa bahan adalah:

Kas                                                      xx
            Penghasilan Lain – Lain                      xx

2.      Produk Rusak
Produk rusak adalah produk dihasilkan dalam kondisi rusak atau tidak memenuhi ukuran mutu yang sudah ditentukan dan tidak ekonomis untuk diperbaiki menjadi produk yang baik, meskipun mungkin secara tehnik dapat diperbaiki menjadi produk yang baik. Produk yang rusak dapat digolongkan menjadi dua:
a.       Produk rusak yang tidak laku dijual
Perlakuan produk yang rusak tergantung penyebab timbulnya produk rusak:
(1)   Apabila produk rusak disebabkan sulitnya pengerjaan pesanan tertentu, maka harga pokok produk yang rusak dibebankan pada pesanan yang menimbulkan produk rusak, sehingga harga pokok produksi per unit produk menjadi lebih besar. Akan tetapi tidak ada tambahan jurnal yang harus dicatat.
(2)   Apabila produk yang rusak terjadinya bersifat normal dalam suatu perusahaan,maka harga pokok produk rusak diperlakukan sebagai elemen biaya overhead sesungguhnya. Jurnal yang harus dicatat adalah:

Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya                 xx
      Barang Dalam Proses – Biaya Bahan                         xx
      Barang Dalam Proses – B. Tenaga Kerja Langsung   xx
      Barang dalam Proses – BOP                                       xx                               
(3)   Apabila produk rusak karena kesalahan atau kurangnya pengawasan, maka harga pokok produk yang rusak diperlakukan sebagai Rugi produk yang rusak. Jurnal yang harus dicacat adalah:

Rugi Produk Rusak                                               xx
      Barang Dalam Proses – Biaya Bahan                         xx
      Barang Dalam Proses – B. Tenaga Kerja Langsung   xx
      Barang dalam Proses – BOP                                       xx

b.      Produk rusak yang laku dijual
Perlakuan akuntansi untuk produk rusak yang laku dijual:
(1)   Apabila produk rusak yang disebabkan sulitnya pengerjaan pesanan tertentu, rugi atas penjualan produk yang rusak akan dibebankan pada pesanan yang bersangkutan. Karena sebagian pesanan akan mengalami rusak, dalam pengolahan pesanan harus dimasukkan jumlah yang lebih besar dibanding dengan jumlah yang dipesan. Jurnal yang dicatat pada saat penjualan produk rusak:

Kas                                                                        xx
      Barang Dalam Proses – Biaya Bahan                         xx
      Barang Dalam Proses – B. Tenaga Kerja Langsung   xx
      Barang dalam Proses – BOP                                       xx

(2)   Apabila timbulnya produk rusak bersifat normal di dalam suatu perusahaan, rugi produk yang rusak diperlakukan sebagai elemen biaya overhead pabrik sesungguhnya.Jurnal yang dicatat pada saat penjualan produk rusak:

Kas                                                                        xx
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya                 xx
      Barang Dalam Proses – Biaya Bahan                         xx
      Barang Dalam Proses – B. Tenaga Kerja Langsung   xx
      Barang dalam Proses – BOP                                       xx

(3)   Apabila timbulnya produk yang rusak karena kesalahan atau kurangnya pengawasan produksi, rugi produk yang rusak diperlakukan sebagai Rugi produk yang rusak. Jurnal yang dicatat pada saat penjualan produk rusak:

Kas                                                                        xx
Rugi Produk Rusak                                               xx
      Barang Dalam Proses – Biaya Bahan                         xx
      Barang Dalam Proses – B. Tenaga Kerja Langsung   xx
      Barang dalam Proses – BOP                                       xx

3.      Produk cacat
Produk cacat adalah produk dihasilkan yang kondisinya rusak atau tidak memenuhi ukuran mutu yang sudah ditentukan, akan tetapi produk tersebut masih dapat diperbaiki secara ekonomis menjadi produk yang baik. Perlakuan akuntansi untuk produk yang cacat:
(1)   biaya perbaikan produk cacat diperlakukan sebagai penambah harga pokok pesanan tertentu. Metode ini digunakan apabila penyebab produk cacat karena sulitnya pengerjaan produk. Jurnal yang digunakan untuk mencatat biaya perbaikan produk cacat adalah:

Barang Dalam Proses – Biaya bahan Baku                             xx
Barang Dalam Proses – Biaya Tenaga Kerja Langsung          xx
Barang Dalam Proses – Biaya Overhead pabrik                     xx
            Persediaan Bahan                                                                    xx
            Gaji dan Upah                                                                         xx
            Biaya Overhead Pabrik yang Dibebankan                              xx

(2)   Biaya perbaikan produk yang cacat diperlakukan sebagai penambah biaya overhead sesungguhnya. Metode ini digunakan apabila produk cacat sifatnya normal terjadi dalam perusahaan. Jurnal yang digunakan untuk mencatat biaya perbaikan produk cacat adalah:

Biaya Overhead Sesungguhnya                                              xx
            Persediaan Bahan                                                                    xx
            Gaji dan Upah                                                                         xx
            Biaya Overhead Pabrik yang Dibebankan                              xx

(3)   Biaya perbaikan produk cacat diperlakukan sebagai elemen Rugi produk cacat. Metode ini digunakan jika produk cacat disebabkan karena lemahnya pengawasan. Jurnal yang digunakan untuk mencatat biaya perbaikan produk cacat adalah:

Rugi Produk cacat                                                                  xx
            Persediaan Bahan                                                                    xx
            Gaji dan Upah                                                                         xx
            Biaya Overhead Pabrik yang Dibebankan                              xx

AKUNTANSI BIAYA DAN PENGERTIAN BIAYA


A.    Pengertian dan Tujuan Akuntansi Biaya

Akuntansi biaya adalah proses pencatatan, penggolongan, peringkasan, dan penyajian biaya pembuatan dan penjualan produk atau jasa, dengan cara tertentu, serta penafsiran terhadapnya. Akuntansi biaya dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan pihak external (pemegang saham atau kreditor) atau pihak intern perusahaan. Informasi biaya untuk pihak external, biasanya dilaporkan dalam bentuk Laporan Laba/Rugi dan Neraca, yang dalam pelaporannya mengacu pada SAK, sedangkan informasi biaya utuk pihak internal dilaporkan sesuai dengan kebutuhan manajemen.Informasi biaya ini sangat penting bagi pihak manajemen untuk membantu mereka dalam mengambil keputusan.
Tujuan akuntansi biaya, adalah:
1.      Perencanaan dan pengendalian biaya.
Untuk mencapai tujuan yang diinginkan oleh perusahaan, pihak manajemen membuat estimasi  pendapatan dan biaya. Dasar yang digunakan dalam estimasi biaya adalah data historis, akan tetapi pihak manajemen juga mempertimbangkan faktor-faktor lain yang diprediksi akan mempengaruhi biaya. Tahap selanjutnya, pihak manajemen akan memonitor apakah biaya sesungguhnya yang terjadi sesuai dengan perencanaan biaya. Jika terjadi penyimpangan (ada selisih antara biaya sesungguhnya dengan perencanaan biaya), maka pihak manajemen akan menganalisis penyebab terjadinya selisih, serta mempertimbangkan tindakan koreksi yang memang perlu dilakukan.  
2.      Penentuan harga pokok produk atau jasa yang dihasilkan perusahaan dengan tepat dan teliti.
Untuk memenuhi tujuan penentuan harga pokok produk, akuntansi biaya mencatat, menggolongkan, dan meringkas biaya-biaya pembuatan produk atau penyerahan jasa.Biaya yang dikumpulkan dan disajikan adalah biaya historis. Umumnya akuntansi biaya untuk penentuan harga pokok produk ini ditujukan untuk memenuhi kebutuhan top manajemen dan pihak external. Oleh karena itu, akuntansi biaya untuk penentuan harga pokok produk ini taat pada SAK.
3.      Pengambilan keputusan manajemen.
Pengambilan keputusan khusus menyangkut masa yang akan datang. Oleh karena itu informasi yang relevan dengan pengambilan keputusan khusus selalu berhubungan dengan informasi yang akan datang. Akuntansi biaya untuk pengambilan keputusan khusus bertugas untuk menyediakan biaya masa yang akan datang. Informasi biaya ini tidak dicatat dalam catatan akuntansi biaya, melainkan hasil dari suatu peramalan. Karena keputusan khusus adalah merupakan sebagian besar kegiatan manajemen perusahaan, laporan akuntansi biaya untuk memenuhi tujuan pengambilan keputusan adalah bagian dari akuntansi manajemen
.

B.     Penggolongan Biaya

Penggolongan biaya adalah proses mengelompokkan secara sistematis atas keseluruhan elemen yang ada ke dalam golongan-golongan tertentu yang lebih ringkas untuk dapat memberikan informasi yang lebih punya arti atau lebih penting.
Biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu.
Ada empat unsur pokok dari definisi biaya tersebut diatas, yaitu :
1.      Biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi;
2.      Diukur dalam satuan uang;
3.      Yang telah terjadi atau yang secara potensial akan terjadi;
4.      Pengorbanan tersebut untuk tujuan tertentu.
Di dalam akuntansi biaya, biaya digolongkan dengan berbagai macam cara. Umumnya penggolongan biaya ini ditentukan atas dasar tujuan yang hendak dicapai dengan penggolongan tersebut, atau dalam akuntansi biaya lebih dikenal dengan konsep “different costs for different purposes”. Ada lima cara penggolongan biaya, yaitu, yaitu penggolongan biaya:

1.      Atas dasar obyek pengeluaran.

Dalam cara penggolongan ini, nama obyek pengeluaran merupakan dasar penggolongan biaya. Misalnya nama obyek pengeluaran adalah bahan bakar, maka semua pengeluaran yang berhubungan dengan bahan bakar disebut biaya bahan bakar.

2.      Atas dasar fungsi pokok di dalam perusahaan.

Di dalam perusahaan manufaktur, ada empat fungsi pokok yang ada di perusahaan, yaitu:
a.       Fungsi produksi, yaitu fungsi yang berhubungan dengan kegiatan pengolahan bahan baku menjadi produk selesai yang siap untuk dijual.
Atas dasar fungsi produksi, maka biaya produksi dapat dikelompokkan menjadi:
-          Biaya bahan baku
Bahan baku adalah bahan yang akan diolah menjadi bagian produk selesai dan pemakaiannya dapat diidentifikasikan atau diikuti jejaknya atau merupakan bagian integral pada produk tertentu.
Biaya bahan baku adalah harga perolehan dari bahan baku yang dipakai di dalam pengolahan produk.
-          Biaya tenaga kerja langsung
Biaya tenaga kerja langsung adalah balas jasa yang diberikan kepada karyawan pabrik yang manfaatnya dapat diidentifikasikan atau didiikuti jejaknya pada produk tertentu yang dihasilkan perusahaan.
-          Biaya overhead pabrik
Biaya overhead pabrik adalah biaya produksi selain biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung, yang elemennya dapat digolongkan ke dalam:
·         Biaya bahan penolong.
·         Biaya tenaga kerja tidak langsung
·         Biaya penyusutan dan amortisasi aktiva tetap pabrik
·         Biaya reparasi dan pemeliharaan aktiva tetap pabrik
·         Biaya listrik dan air pabrik
·         Biaya asuransi pabrik
·         Biaya overhead lain-lain.
b.      Fungsi pemasaran, yaitu fungsi yang berhubungan dengan kegiatan penjualan produk selesai yang siap dijual dengan cara yang memuaskan pembeli dan dapat memperoleh laba sesuai yang diinginkan perusahaan. Atas dasar fungsi pemasaran, maka biaya dapat digolongkan dalam biaya pemasaran.
Biaya pemasaran adalah biaya yang terjadi untuk melaksanakan kegiatan pemasaran. Contoh biaya pemasaran, antara lain:
·         Biaya iklan
·         Biaya promosi
·         Biaya angkut penjualan
·         Biaya gaji bagian pemasaran
c.       Fungsi administrasi dan umum, adalah fungsi yang berhubungan dengan kegiatan penentuan kebijakan, pengarahan, dan pengawasan kegiatan perusahaan secara keseluruhan agar dapat berjalan efisien dan efektif. Atas dasar fungsi administrasi dan umum, maka biaya dapat digolongkan dalam biaya administrasi dan umum.
Biaya administrasi dan umum adalah biaya yang dikeluarkan untuk mengkoordinasi kegiatan produksi dan pemasaran produk. Cotoh dari biaya administrasi umum adalah:
·         Biaya gaji karyawan bagian keuangan, akuntansi, personalia.
·         Biaya pemeriksaan akuntan
d.      Fungsi keuangan, yaitu fungsi yang berhubungan dengan kegiatan keuangan atau penyediaan dana yang diperlukan perusahaan. Biaya yang terjadi dalam rangka menjalankan fungsi keuangan dinamakam biaya keuangan. Misalnya: biaya bunga.

3.      Atas dasar hubungan biaya dengan sesuatu yang dibiayai.

Di dalam perusahaan obyek atau pusat biaya dapat dihubungkan dengan produk yang dihasilkan, departemen-departemen yang ada dalam pabrik, daerah pemasaran, atau bagian-bagian dalam organisasi
Penggolongan biaya atas dasar obyek atau pusat biaya, biaya dibagi menjadi:
a.       Biaya langsung (direct cost)
Biaya angsung adalah biaya yang terjadinya atau manfaatnya dapat diidentifikasikan kepada obyek atau pusat biaya tertentu.
b.      Biaya tidak lagsung (indirect cost).
Biaya tidak langsung adalah biaya yang terjadinya atau manfaatnya tidak dapat diidentifikasikan pada obyek atau pusat biaya tertentu, atau biaya yang manfaatnya dinikmati oleh beberapa obyek atau pusat biaya.
Dalam hubungannya dengan produk, biaya dibagi menjadi dua, yaitu:
a.       Biaya langsung kepada produk
Biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung merupakan biaya langsung kepada produk karena terjadinya dapat dididentifikasikan pada produk.
b.      Biaya tak langsung kepada produk
Biaya overhead pabrik merupakan biaya tak langsung kepada produk karena terjadinya tidak dapat didiidentifikasikan pada produk
Dalam hubungannya dengan departemen yang ada di dalam pabrik, biaya dikelompokkan menjadi biaya langsung departemen dan biaya tak langsung departemen.Tujuan dari departementalisasi adalah untuk ketelitian pembebanan harga pokokdan untuk pengendalian biaya.
Departemen dalam pabrik dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu:
a.       Departemen produksi
Departemen produksi adalah departemen atau bagian di dalam pabrik dimana dilakukan pengolahan bahan baku menjadi produk selesai.
b.      Departemen jasa .
Departemen jasa adalah departemen atau bagian di dalam pabrik dimana pada departemen tersebut menghasilkan jasa yang akan dinikmati oleh departemen lain, baik departemen produksi maupun departemen jasa lainnya.

4.      Atas dasar perilaku biaya dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan

Penggolongan biaya sesuai dengan tendensi perubahannya terhadap aktivitas utama untuk tujuan perencanaan dan pengendalian biaya, serta pengambilan keputusan. Tendensi perubahan biaya terhadap kegiatan dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu:
a.       Biaya tetap
Biaya tetap mempunyai karakteristik sebagai berikut:
-          Biaya yang jumlah totalnya tetap konstan tidak dipengaruhi oleh perubahan volume kegiatan atau aktivitas sampai dengan tingkatan tertentu.
-          Biaya satuan akan berubah berbanding terbalik dengan perubahan volume kegiatan.
b.      Biaya variabel
Biaya variabel mempunyai karakteristik sebagai berikut:
-          Biaya yang jumlah totalnya akan berubah secara proporsional dengan perubahan volume kegiatan.
-          Biaya satuan tidak dipengaruhi oleh perubahan volume kegiatan.
c.       Biaya semivariabel
Biaya semivariabel mempunyai karakteristik sebagai berikut:
-          Biaya yang jumlah totalnya akan berubah sesuai dengan perubahan volume kegiatan, akan tetapi sifat perubahannya tidak sebanding.
-          Biaya satuan akan berubah terbalik dihubungkan dengan perubahan volume kegiatan tetapi sifatnya tidak sebanding.

5.      Atas dasar jangka waktu manfaatnya.

Atas dasar jangkawaktu pemanfaatnya, biaya dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
a.       Pengeluaran modal (capital expenditures)
Pengeluaran modal adalah pengeluaran biaya yang mempunyai manfaat lebih dari satu periode akuntansi. Pada saat terjadnya pengeluaran ini dik
apitalisasi ke dalam harga perolehan aktiva, dan diperlakukan sebagai biaya pada periode akuntansi yang menikmatinya.
b.      Pengeluaran pendapatan (revenue expenditures)
Pengeluaran pendapatan adalah pengeluaran yang akan memberikan manfaat hanya pada periode akuntansi di mana pengeluaran terjadi. Umumnya pada saat terjadinya pengeluaran, langsung diperlakukan ke dalam biaya.

Wednesday, 17 July 2013

Konsinyasi

Di antara satu bentuk jaringan bisnis yang sedang dilakukan oleh masyarakat untuk memperlancar arus penjualan barang dagangan yang dimiliki yaitu dengan cara penjualan konsinyasi. Konsinyasi adalah suatu perjanjian di mana salah satu pihak yang memiliki barang menyerahkan barang kepada pihak tertentu untuk dijualakan dengan memberikan komisi tertentu.
Pihak  yang menyerahkan barang-barang disebut consignor atau pengamanat, sedangkan pihak yang menerima barang disebut consignee (komisioner).
Dari segi pengamanat transaksi pengiriman barang kepada komisioner disebut barang konsinyasi (titipan), sedang bagi komisioner untuk barang-barang yang diterima disebut barang komisi. Terdapat perbedaan antara transaksi penjualan dengan transaksi konsinyasi yaitu dalam hubungannya dengan perpindahan hak milik atas barang-barang tersebut. Dalam transaksi penjualan hak milik atas barang-barang berpindah kepada pembeli sedangkan dalam transaksi konsinyasi penyerahan barang dari pengamanat kepada komisioner tidak diikuti adanya penyerahan hak milik atas barng tersebut. Di dalam transaksi konsinyasi memang terjadi perpindahan atau penyerahan barang terhadap komisioner tetapi hak yang dimiliki komisioner terbatas kepada pengelolaan, penyimpanan dan penjualan barang tersebut, dan barang- barang yang dijualnya kepada pihak ketiga tetap menjadi hak milik pengamanat.
Bentuk bisnis ini sudah lazim dilakukan oleh masyarakat baik mereka yang berada di wilayah perkotaan hingga pelosok pedesaan. Kerja sama ini diharapkan akan dapat mendatangkan keuntungan bagi pengamanat maupun komisioner.
Terdapat 4 karakteristik dari konsinyasi yang sekaligus merupakan perbedaan dari perlakuan hukum bisnis:
1.       Hak milik atas barang-barang masih berada pada pengamanat, dan barang-barang konsinyasi harus dilaporkan sebagai persediaan kepada pengamanat dan tidak boleh diperhitungkan sebagai persediaan oleh pihak komisioner.
2.       Pengiriman barang konsinyasi tidak mengakibatkan timbulnya pendapatan dan tidak boleh dipakai sebagai kriteria untuk mengakui timbulnya pendapatan baik bagi pengamanat maupun komisioner.
3.       Pihak pengamanat bertanggung jawab penuh terhadap semua biaya yang berhubungan dengan barang konsinyasi sejak pengiriman sampai barang terjual kepada pihak ketiga.
4.       Komisioner mempunyai kewajiban untuk menjaga keamanan dan keselamatan barang-barang konsinyasi yang diterima.
Ketentuan yang berhubungan dengan perjanjian konsinyasi
Ketentuan yang diatur dalam perjanjian konsinyasi biasanya meliputi; komisi penjualan, syarat-syarat pembayaran dan penyerahan barang, tanggung jawab atas kerugian piutang yang tak tertagih, biaya-biaya yang dikeluarkan oleh komisioner dalam rangka pengelolaan dan penyimpanan barang titipan.
Hak dan kewajiban pengamanat
Hak pengamanat:
1.       Mendapatkan sejumlah pembayaran dari barang titipan yang terjual kepada pihak ketiga dari komisioner.
2.       Menarik kembali barang titipan dari komisioner jika sudah tidak ada kecocokan lagi atau kesesuaian.
3.       Mendapatkan layanan baik tempat penjualan maupun kesepakatan harga atas barang yang dititipkannya kepada komisioner.
Kewajiban pengamanat:
1.       Menyediakan barang dagangan untuk dijualkan oleh komisioner
2.       Memberikan penggantian biaya-biaya yang dikeluarkan oleh komisioner dalam menjaga, mengelola dan menyimpan barang-barang titipan selama waktu tertentu
3.       Memberikan komisi kepada komisioner atas barang-barang titipan yang telah terjual kepad pihak ketiga sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak.
Hak dan kewajiban komisioner
Hak komisioner
1.       Mendapatkan komisi dan penggantian biaya yang dikeluarkan untuk menjual barang titipan tersebut
2.       Mendapatkan jaminan terhadap kualitas barang yang dijual kepada komisioner
3.       Mendapatkan syarat-syarat pembayaran kepada langganan seperti yang berlaku pada umumnya untuk barang-barang yang sejenis.
Kewajiban komisioner
1.       Melindungi keamanan dan keselamatan barang-barang yang diterima dari pihak pengemanat
2.       Mematuhi dan berusaha semaksimal mungkin untuk menjual barang-barang milik pengamanat sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang diatur dalam perjanjian
3.       Mengelola secara terpisah baik dari segi fisik maupun administratif terhadap barang-barang tersebut dapat tetap diketahui setiap saat
4.       Membuat laporan secara periodik tentang barang-barang yang diterima, barang-barang yang terjual dan barang-barang yang masih ada dalam persediaan serta mengadakan penyelesaian keuangan seperti dinyatakan dalam perjanjian
Hubungan hukum antara pengamanat dengan komisioner:
a.       Terdapat kata sepakat kerja sama antara pengamanat dengan komisioner dalam kurun waktu tertentu
b.      Terdapat pemberian kuasa dari pengamanat kepada komisioner untuk menjualkan barang dagangannya.
c.       Terdapat perjanjian pemberian komisi dari pengamanat kepada komisioner sesuai dengan jumlah banyaknya barang yang terjual kepada pihak ketiga.

Franchise (Waralaba)

Pengertian franchise
Franchise atau yang sering disebut juga dengan istilah waralaba adalah suatu cara yang melakukan kerja sama dibidang bisnis antara 2(dua) atau lebih perusahaan di mana satu pihak akan berpihak sebagai franchisor dan pihak lain sebagai franchisee.
Franchise adalah suatu lisensi kontraktual yang diberikan oleh franchisor kepada franchisee yang:
1.       Mengijinkan atau mengharuskan franchise selama jangka waktu franchisee, untuk melaksanaka bisnis tertentu dengan menggunakan nama khusus yang memiliki atau berhubungan dengan pihak franchisor.
2.       Memberikan hak kepada franchisor untuk melaksanakan pengawasan berlanjut selama jangka waktu franchisee terhadap aktivitas bisnis oleh franchisee.
3.       Mewajibkan pihak franchisor untuk menyediakan bantuan kepada franchisee dalam hal melaksanakan bisnis franchise tersebut.
4.       Mewajibkan pihak franchisee untuk membayar secara berkala kepada franchisor sejumlah uang sebagai imbalan penyediaan barang dan jasa oleh pihak franchisor.
5.       Mewajibkan franchisor maupun franchisee untuk membuat catatan atau pembukuan atas kemajuan franchisee yang dijalankan
Karakteristik yuridis dari franchise
Ada beberapa karakteristik yuridis dari suatu bisnis franchise, yaitu sebagai berikut:
1.       Unsur dasar
Dalam setiap deal franchise ada 3 unsur dasar yang harus selalu dimiliki, yaitu:
·         Adanya pihak yang mempunyai bisnis franchise yang disebut sebagai franchisor
·         Adanya pihak yang menjalankan bisnis franchise yang disebut sebagai franchisee
·         Adanya bisnis franchise itu sendiri
2.       Produk bisnisnya
Unsur-unsur yang unik terdapat pada produk bisnis yang difranchisekan. Maksudnya produk bisnis tersebut (barang maupun jasa) belum dimiliki oleh orang lain dan belum beredar di pasaran selai dari yang dimiliki oleh pihak franchisor sendiri.
3.       Konsep bisnis total
Franchise merupakan konsep bisnis total dengan penekanan pada bidang pemasaran, karena itu konsep franchise tidak jauh bergerak dari konsep P4 yaitu product, price, place, promotion.
4.       Franchise memakai/ menjual produk
Dalam hal ini yang dimaksudkan adalah hak dari franchisee untuk menggunakan atau menjual franchise yang didapat dari franchisor kepada pihak lain (subfranchisee)
5.       Franchisor menerima fee dan royalty
Sebaliknya sebagi imbalannya, maka pihak franchisor berhak memperoleh fee dalam berbagai bentuk dan royalty atas franchise yang diberikannya kepada franchisee.
6.       Adanya pelatihan manajemen dan skill khusus
Karakteistik lain dari suatu franchise adalah adanya pelatihan tertentu oleh pihak franchisor kepada pihak franchisee. Pelatihan tersebut dimaksudkan untuk mendidik dan melatih para manajer (dari pihak franchisee) tentang tata cara bagaimana mengelola bisnis franchise tersebut. Disamping itu, juga diberikan pelatihan terhadap pihak staf sehingga dihasilkan tenaga skill yang handal dalam memproduksi atau memasarkan bisnis franchise tersebut secara operasional.
7.       Pendaftaran merk dagang, paten, atau hak cipta
Sering disebut-sebut bahwa hak milik intelektual ini ( merek paten dan hak cipta) merupakan “inti” dari seluruh konsep dagang tentang franchise. Dan manfaat utama dari bisnis dengan sistem franchise bagi franchisee adalah terbentuknya kemungkinan baginya untuk dapat berbisnis dengan menggunakan merek dagang yang biasanya sudah cukup terkenal atau hak paten dan hak cipta yang sudah narketable, walaupun imbalannya untuk itu pihak franchisee harus membayar fee-fee tertentu.
8.       Bantuan pendanaan dari pihak franchisor
Sering juga pihak franchisor atau dengan bekerja sama dengan suatu lembaga financial menyediakan dana kepada pihak franchisee agar franchisee dapat menjalankan bisnis franchise tersebut, karana itu tidak aneh jika pihak franchisor menginginkan juga keterbukaan dari pihak franchisee, termasuk keterbukaan dari segi manajemen dan keuangannya.
9.       Pembelian produk langsung dari franchisor
Dalam suatu sistem franchisee, biasanya sebagian atau seluruh produk yang akan diolah dengan sistem franchise oleh franchisee harus dipasok oleh pihak franchisor atau ditentukan pemasoknya spesifikasinya oleh pihak franchisor. Hal ini dilakukan dengan tujuan utama agar produk hasil franchise dapat dijaga dari segi kualitasnya maupun dari segi keseragamannya.
10.   Bantuan promosi dan periklanan dari franchisor
Agar suatu bisnis dapat berkembang dengan baik, maka bisnis tersebut harus menyisihkan sebagian dana untuk keperluan promosi, apapun bentuknya. Maka salah satu keuntungan dari bisnis dengan model franchise adalah bahwa biasanya produk dan tradname dari franchise tersebut tlah dikenal secara meluas di pasaran.
11.   Pelayanan pemilihan lokasi oleh franchisor
Biasanya letak lokasi dari bisnis franchise tersebut juga sangat penting. Masing-masing franchisor mempunyai kriteria tersendiri untuk penentuan lokasi ini. Misalnya, ada franchise yang lebih memilih lokasinya di shopping centre dan ada juga yang memilih di tempat-tempat lain. Bahkan terkadang lokasi juga menentukan produk franchise untuk sedikit diberi variasi.
12.   Daerah yang eksklusif
Oleh pihak franchisor sering kali diberikan hak pemasaran kepada pihak franchisee dalam suatu daerah yang ekklusif, dalam arti hak tersebut tidak diberikan untuk duan orang franchisee dalam lokasi yang sama.
13.   Pengendalian / penyeragaman mutu
Ada karakteristik lain yang juga sangat penting dalam suatu bisnis franchise, yaitu pengendalian bahkan penyeragaman mutu dari produk (output) dan pelayanan. Karena mutu yang lebih rendah dari produk dan pelayanan dari suatu franchise dapat menghancurkan image masyarakat konsumen yang mungkin sudah cukup lama dibangun oleh pihak franchisor.
14.   Mengandung unsur merk dan sistem bisnis
Dalam hal ini di samping unsur merk dagang (trademark) dan/atau nama dagang (tradename) yang memiliki oleh franchisor yang diserahkan pemakainnya kepada pihak franchisee, unsur lainnya yang terkandung dalam suatu bisnis franchise adalah apa yang disebut dengan istilah “sistem bisnis”
Biaya-biaya dalam transaksi franchise
Adapun yang merupakan pos-pos biaya dalam sistem franchise yang normal adalah sebagai berikut:
1.       Royalty
Merupakan pembayaran oleh pihak franchisee kepada pihak franchisor sebagai imbalan dari pemakaian hak franchise oleh franchisee
2.       Franchise fee
Merupakan pembayaran yang harus dilakukan oleh pihak franchisee kepada pihak franchisor, yang merupakan biaya franchise, yang biasanya dilakukan dengan jumlah tertentu yang pasti dan dilakukan sekaligus dan hanya sekali saja
3.       Direct Expense
Ini merupakan biaya langsung yang harus dikeluarkan sehubungan dengan pembukaan/pengembangan suatu bisnis, maka dalam hal ini yang demikian pihak franchisee harus membayar harga sewa tempat tersebut kepada pihak franchisor
4.       Biaya sewa
Walau sesungguhnya kurang lazim, ada beberapa franchisor yang ikut juga menyediakan tempat bisnis, maka dalam hal ini yang demikian pihak franchisee harus membayar harga sewa tempat tersebut kepada pihak franchisor.
5.       Marketing dan Advertising Fees
Karena pihak franchisor yang melakukan marketing dan iklan, maka pihak franchisee mesti juga ikut menanggung beban biaya tersebut dengan menghitungnya, baik secara presentasi dari omzet penjualan ataupun jika marketing atau iklan tertentu.
6.       Assigment fees
Yang dimaksud dengan assigment fees adalah biaya yang harus dibayar oleh pihak franchisee kepada pihak franchisor jika pihak franchisee tersebut mengalihkan bisnisnya kepada pihak lain, termasuk bisnis yang merupakan obyeknya franchise
Dasar hukum franchise
Kita masih dapat menentukan pengaturan tentang franchise di sana-sini dalam hukum positif indonesia tentang dasar hukum dari berlakunya franchise ini, yaitu sebagai berikut:
1.       Suatu franchise harus didaftarkan
2.       Suatu franchise haruslah memegang teguh pada prinsip keterbukaan informasi
3.       Diperlukan suatu asosiasi franchise yang tangguh
4.       Perlu suatu kode etik terhadap franchise
5.       Perlu guidelines oleh pemerintah terhadap klausa-klausa yang baku terhadap kontrak franchise.