BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Perusahaan
Perusahaan manufaktur adalah perusahaan yang mengkombinasikan fungsi mesin,
peralatan dan tenaga kerja dalam suatu proses untuk mengubah bahan mentah
menjadi barang jadi yang siap dipasarkan (dijual). Perusahaan manufaktur di
Bursa Efek Indonesia (BEI) meliputi sektor industri dasar dan kimia, sektor
aneka industri, dan sektor barang konsumsi.
Objek penelitian yang digunakan adalah seluruh perusahaan manufaktur yang
terdaftar di BEI pada periode pengamatan penelitian yaitu tahun 2012-2014.
Perusahaan yang dijadikan sampel dipilih dengan metode purposive sampling,
sehingga sampel yang digunakan dalam penelitian ini merupakan representasi dari
populasi yang ada serta sesuai dengan tujuan dari penelitian.
Data yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari laporan keuangan kuartalan
dan laporan keuangan tahunan yang diterbitkan oleh Bursa Efek Indonesia (www.idx.co.id) serta ringkasan laporan keuangan dari ICMD 2015. Dari data yang telah
dikumpulkan tersebut kemudian dilakukan proses penyeleksian sampel sesuai
dengan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Berdasarkan proses penyeleksian
sampel tersebut diperoleh 68 perusahaan yang sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan, sehingga
total observasi penelitian selama tiga tahun berjumlah 204 data observasi.
Daftar perusahaan yang dijadikan sampel dapat dilihat pada lampiran 4.1
4.2 Hasil Analisis Data
4.2.1 Perhitungan Manajemen Laba dengan Revenue
Model
Setelah diperoleh sampel yang sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan
yaitu sebanyak 68 perusahaan,
selanjutnya adalah menentukan rumus regresi revenue model. Kemudian
menghitung nilai residual (error) untuk menentukan perusahaan melakukan
manajemen laba atau tidak. Jika nilai residual kurang dari -0,075 atau lebih
dari 0,075 mengindikasikan perusahaan melakukan manajemen laba, sedangkan jika
nilai residual antara -0,075 sampai 0,075 maka perusahaan dikategorikan sebagai
perusahaan yang tidak melakukan manajemen laba (Windharta, 2014). Rumus revenue
model sebagai berikut:
(Sumber: Stubben, 2010)
dimana:
AR adalah piutang akhir tahun
α adalah
konstanta
β adalah
koefisien regresi
∆ adalah
perubahan tahunan
R1_3 adalah
pendapatan pada tiga kuartal pertama
R4 adalah
pendapatan pada kuartal keempat
ԑ adalah error
Dari penentuan rumus revenue model dan perhitungan yang dilakukan
maka diperoleh daftar status perusahaan yang melakukan manajemen laba dan tidak
melakukan manajemen laba. Hasil ringkasannya dapat dilihat pada tabel 4.2
sebagai berikut:
Tabel 4.2
Daftar Status Manajemen
Laba Perusahaan Sampel
Status
|
2012
|
2013
|
2014
|
Melakukan manajemen Laba
|
43
|
48
|
47
|
Tidak melakukan
manajemen laba
|
25
|
20
|
21
|
Jumlah
|
68
|
68
|
68
|
Sumber: Data diolah
(Lampiran 1)
Dari tabel 4.2 dapat dilihat bahwa pada tahun 2012 terdapat 43 perusahaan sampel
yang melakukan manajemen laba dan 25 perusahaan yang tidak melakukan manajemen laba. Pada tahun 2013 terdapat 48 perusahaan yang
melakukan manajemen laba dan 20 perusahaan yang tidak melakukan manajemen laba. Pada tahun 2014 terdapat 47 perusahaan yang
melakukan manajemen laba dan 21 perusahaan yang tidak melakukan manajemen laba. Setelah memperoleh
perusahan mana saja yang melakukan manajemen laba, langkah selanjutnya adalah
menguji pengaruh profitabilitas, kepemilikan manajerial dan kepemilikan publik
terhadap manajemen laba pada 68 perusahaan tersebut dengan melakukan analisis
statistik deskriptif dan regresi logistik menggunakan program SPSS versi 23.
4.2.2 Analisis Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif berfungsi untuk
menggambarkan atau mendeskripsikan objek yang diteliti melalui data sampel
tanpa melakukan analisis data dan membuat kesimpulan yang belaku untuk umum.
Statistik deskriptif menunjukkan nilai rata-rata (mean), median, modus, standar deviasi, nilai minimum dan
maksimum dari setiap variabel yang diteliti.
Hasil analisis statistik deskriptif dari
variabel-variabel yang diteliti dapat dilihat dalam tabel berikut:
Tabel 4.3
Analisis Statistik Deskriptif
|
N
|
Minimum
|
Maximum
|
Mean
|
Std. Deviation
|
Manajemen_Laba
|
204
|
0
|
1
|
.68
|
.469
|
Profitabilitas
|
204
|
.001
|
.602
|
.097
|
.092
|
Kepemilikan_Manajerial
|
204
|
0
|
1
|
.52
|
.501
|
Kepemilikan_Publik
|
204
|
.010
|
.669
|
.266
|
.163
|
Valid N (listwise)
|
204
|
|
|
|
|
Sumber:
Output SPSS 23 (Lampiran 3)
Berdasarkan tabel 4.3 dapat dijelaskan bahwa
hasil uji statistik deskriptif untuk 68 perusahaan manufaktur selama tiga tahun
sehingga total observasi penelitian berjumlah 204 perusahaan adalah nilai
rata-rata manajemen laba sebesar 0.68 yang berarti 68% dari jumlah data observasi
perusahaan melakukan manajemen laba dan sisanya tidak melakukan manajemen laba.
Hasil uji statistik deskriptif untuk variabel
profitabilitas adalah nilai rata-rata sebesar 0,097 dengan standar
deviasi 0,092. Nilai terendah profitabilitas
sebesar 0,001 dan nilai tertinggi sebesar 0,602. Hal ini berarti perusahaan sampel
memiliki perbandingan laba bersih setelah pajak dan penjualan paling rendah
sebesar 0,1% dan memiliki perbandingan laba bersih setelah pajak dan penjualan paling
tinggi sebesar 60,2% serta perusahaan mempunyai rata-rata profitabilitas sebesar 9,7% dengan ukuran
penyebaran sebesar 0,092 dari 68 perusahaan
sampel.
Hasil uji statistik deskriptif untuk variabel
kepemilikan manajerial adalah nilai rata-rata sebesar 0,52 yang berarti bahwa 52%
dari jumlah data observasi perusahaan mempunyai kepemilikan manajerial (atau
ada pihak manajemen yang memiliki saham perusahaan yang beredar).
Hasil uji statistik deskriptif untuk variabel
kepemilikan publik adalah nilai rata-rata sebesar 0,266 dengan standar
deviasi sebesar 0,163. Nilai terendah kepemilikan publik sebesar 0,010 dan
nilai tertinggi sebesar 0,669. Hal ini berarti perusahaan sampel memiliki
perbandingan jumlah saham yang dimiliki publik dengan jumlah seluruh saham
perusahaan yang beredar paling rendah sebesar 1% dan paling tinggi sebesar
66,9% serta mempunyai rata-rata saham yang dimiliki publik sebesar 26,6% dengan
ukuran penyebaran 0,163 dari 68 perusahaan sampel.
4.2.3 Uji Multikolinieritas
Uji mutikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Model regresi yang baik
seharusnya tidak terjadi korelasi antar variabel independennya. Uji
multikolinieritas yang digunakan yaitu dengan menganalisis matrik korelasi
variabel-variabel independen. Jika korelasi antar variabel independen kurang
dari 0,9 maka tidak ada gejala multikolinieritas, namun jika nilai korelasi
lebih besar dari 0.9 maka terdapat multikolinieritas. Berikut ini adalah tabel
matrik korelasi antar variabel independen:
Tabel 4.4
Matrik Korelasi
Antar Variabel Independen
|
Constant
|
Profitabilitas
|
Kepemilikan
Manajerial
|
Kepemilikan
Publik
|
Constant
|
1.000
|
-.528
|
-.466
|
-.684
|
Profitabilitas
|
-.528
|
1.000
|
.089
|
.104
|
Kepemilikan_Manajerial
|
-.466
|
.089
|
1.000
|
.038
|
Kepemilikan_Publik
|
-.684
|
.104
|
.038
|
1.000
|
Sumber: Output SPSS 23 (Lampiran 3)
Berdasarkan tabel
4.4 di atas, dapat disimpulkan bahwa nilai koefisien korelasi ketiga variabel
kurang dari 0,9 maka tidak ada hubungan yang serius antar variabel
independennya ( tidak ada multikolinieritas).
4.2.4 Hasil
Pengujian Koefisien Regresi Logistik
Variabel dependen
yaitu manajemen laba dalam penelitian ini bersifat nominal (melakukan manajemen
laba atau tidak melakukan manajemen laba), sehingga pengujian hipotesis dari penelitian
ini menggunakan regresi logistik biner (binary logistic regression).
Hasil pengujian model fit seperti pada hasil output SPSS dapat diringkas
sebagai berikut:
1.
Menilai Kelayakan Model Regresi
Kelayakan model regresi dinilai dengan menggunakan Hosmer and Lemeshow’s
Goodnes of Fit Test. Jika nilai Hosmer and Lemeshow’s Goodnes of Fit
Test signifikan secara statistik pada α=5% (0,05) atau p<0,05 maka model
tidak mampu memprediksikan nilai observasinya. Namun jika nilai Hosmer and
Lemeshow’s Goodnes of Fit Test tidak signifikan secara statistik pada α=5%
(0,05) atau p>0,05 berarti model mampu memprediksi nilai observasinya. Berikut ini adalah
tabel hasil Hosmer and Lemeshow’s Goodnes of Fit Test:
Tabel 4.5
Hosmer and Lemeshow
Test
Step
|
Chi-square
|
df
|
Sig.
|
1
|
8.961
|
8
|
.346
|
Sumber: Output SPSS 23 (Lampiran
3)
Berdasarkan tabel
4.5 di atas, hasil pengujian menunjukkan nilai Chi-Square sebesar 8.961 dengan signifikan
(nilai p) sebesar 0,346. Hasil tersebut berarti nilai p secara statistik tidak signifikan pada
α=0.05 atau 0,346 > 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa model mampu memprediksi nilai
observasinya.
2.
Menilai Keseluruhan Model (Overall Model
Fit)
Dalam menilai model
fit dan keseluruhan model (overall model fit) dapat dilakukan dengan
beberapa cara sebagai berikut:
a.
Uji model Fit (-2log LikeHood)
Pengujian dilakukan
dengan membandingkan nilai -2Log Likelihood awal (blok number = 0)
dengan -2log Likelihood akhir (blok number = 1). Apabila terjadi
penurunan, maka model tersebut menunjukkan model regresi yang baik.
Tabel 4.6
Uji Model Fit Block 0
Iteration
|
-2 Log likelihood
|
Coefficients
|
|
Constant
|
|||
Step 0
|
1
|
256.882
|
.706
|
2
|
256.837
|
.737
|
|
3
|
256.837
|
.738
|
Sumber: Output SPSS 23 (Lampiran 3)
Tabel 4.7
Uji model Fit Block 1
Iteration
|
-2 Log likelihood
|
Coefficients
|
||||
Constant
|
Profitabilitas
|
KepemilikanManajerial
|
KepemilikanPublik
|
|||
Step 1
|
1
|
248.879
|
-.150
|
2.047
|
.243
|
1.999
|
2
|
248.523
|
-.250
|
2.529
|
.285
|
2.356
|
|
3
|
248.522
|
-.254
|
2.555
|
.287
|
2.370
|
|
4
|
248.522
|
-.254
|
2.555
|
.287
|
2.370
|
Sumber: Output SPSS 23 (Lampiran 3)
Dari tabel 4.6 dan
tabel 4.7 dapat dilihat nilai -2Log likelihood awal sebesar 256.837 dan setelah
dimasukkan ketiga variabel independen, maka nilai -2Log likelihood akhir
mengalami penurunan sebesar 8.315 menjadi 248.522. Penurunan ini menunjukkan
model regresi yang lebih baik atau dengan kata lain model yang dihipotesiskan
fit dengan data.
Tabel 4.8
Tabel omnibus test
|
Chi-square
|
df
|
Sig.
|
|
Step 1
|
Step
|
8.314
|
3
|
.040
|
Block
|
8.314
|
3
|
.040
|
|
Model
|
8.314
|
3
|
.040
|
Sumber: Output SPSS 23 (Lampiran)
Penurunan juga dapat
dilihat langsung pada tabel 4.8 pada nilai Chi-Square sebesar 8.314 dengan nilai sig
0,040 <0,05, sehingga
model fit dengan data.
b.
Koefisien Determinasi (Negelkerke’s R
Square)
Negelkerke’s R
Square merupakan
modifikasi dari koefisien Cox and Snell R Square agar nilai maksimimnya
bisa mencapai 1 dan mempunyai kisaran nilai antara 0 dan 1. Besarnya nilai
koefisien determinasi pada model regresi logistik ditunjukkan oleh nilai Negelkerke’s
R Square.
Tabel 4.9
Koefisien
Determinasi
Step
|
-2 Log likelihood
|
Cox & Snell R Square
|
Nagelkerke R Square
|
1
|
250.612a
|
.040
|
.056
|
Sumber: Output SPSS 23
(Lampiran)
Nilai Negelkerke’s
R Square dalam pengujian ini adalah sebesar 0,056 yang berarti
variabilitas variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel independen
adalah sebesar 5,6% dan sisanya
sebesar 94,4% dijelaskan oleh
variabel-variabel di luar model penelitian.
3.
Pengujian Signifikansi Koefisien Regresi
Pengujian koefisien
regresi dilakukan untuk menguji seberapa jauh semua variabel independen yang
dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh terhadap variabel dependen. Koefisien
regresi logistik dapat ditentukan dengan menggunakan p-value (probability
value).
Tabel 4.10
Hasil Uji Regresi
Logistik
|
B
|
S.E.
|
Wald
|
df
|
Sig.
|
Exp(B)
|
|
Step 1a
|
Profitabilitas
|
2.555
|
1.816
|
1.979
|
1
|
.159
|
12.878
|
Kepemilikan_Manajerial
|
.287
|
.307
|
.875
|
1
|
.350
|
1.332
|
|
Kepemilikan_Publik
|
2.370
|
.973
|
5.928
|
1
|
.015
|
10.693
|
|
Constant
|
-.254
|
.383
|
.441
|
1
|
.507
|
.775
|
Sumber: Output SPSS 23 (Lampiran 3)
Pada tabel 4.10
dapat terlihat bahwa nilai koefisien profitabilitas sebesar 2,555, koefisien kepemilikan
manajerial sebesar 0,287, koefisien kepemilikan publik sebesar 2,370 dan konstanta sebesar -0.254. Dari pengujian
regresi logistik ini diperoleh persamaan regresi logistik sebagai berikut:
Persamaan regresi tersebut menunjukkan bahwa
apabila profitabilitas, kepemilikan manajerial dan kepemilikan publik bernilai
konstan, maka probabilitas perusahaan melakukan manajemen laba sebesar 0,775 (e-0,254).
Koefisien profitabilitas sebesar 2,555, hal ini dapat diartikan bahwa jika terjadi peningkatan persentase
profitabilitas maka probabilitas perusahaan melakukan manajemen laba akan mengalami
kenaikan sebesar 2,555 kali. Jika persentase variabel profitabilitas
mengalami peningkatan sementara variabel kepemilikan manajerial dan kepemilikan
publik adalah konstan maka probabilitas
perusahaan melakukan manajemen laba naik sebesar 12,878 (e2,555).
Koefisien kepemilikan manajerial sebesar 0,287, hal ini dapat diartikan bahwa jika ada kepemilikan manajerial dalam
perusahaan maka probabilitas perusahaan melakukan manajemen laba akan mengalami
peningkatan sebesar 0,287 kali. Jika ada kepemilikan manajerial pada perusahaan sementara variabel
profitabilitas dan kepemilikan publik adalah konstan maka probabilitas perusahaan melakukan manajemen laba naik sebesar 1,332 (e0,287).
Koefisien kepemilikan publik sebesar 2,370, hal ini dapat diartikan bahwa jika terjadi peningkatan persentase
kepemilikan publik maka probabilitas perusahaan melakukan manajemen laba akan mengalami
kenaikan sebesar 2,370 kali. Jika persentase variabel kepemilikan
publik mengalami peningkatan sementara variabel profitabilitas dan kepemilikan
manajerial adalah konstan maka probabilitas perusahaan melakukan manajemen laba
naik sebesar 10,693 (e2,370).
Berdasarkan tabel 4.10 dapat dibuat ringkasan
untuk hasil pengujian hipotesis penelitian sebagai berikut:
Tabel 4.11
Hasil Pengujian Hipotesis
Hipotesis
|
Keterangan
|
Sig.
|
Hasil
|
H1
|
Profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba
|
0.159 ≥ 0,05
|
Ditolak
|
H2
|
Kepemilikan manajerial berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba
|
0.350 ≥ 0,05
|
Ditolak
|
H3
|
Kepemilikan publik berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba
|
0.015 <0,05
|
Diterima
|
Sumber: Data diolah
Berdasarkan tabel 4.11, dapat dilihat bahwa
variabel kepemilikan publik berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba
karena nilai sig. kepemilikan publik sebesar 0.015 <0,05. Sedangkan variabel
profitabilitas dan kepemilikan manajerial tidak berpengaruh signifikan terhadap
manajemen laba karena nilai sig. kedua variabel tersebut ≥ 0,05. Pembahasan
atas hasil ini akan diuraikan pada bagian selanjutnya.
4.3 Pembahasan Hasil Pengujian
Hipotesis
4.3.1 Pengaruh Profitabilitas Terhadap Manajemen
Laba
Berdasarkan tabel 4.10 variabel
profitabilitas menunjukkan koefisien regresi sebesar 2,555 dengan tingkat signifikan sebesar 0,159 yang berarti bahwa profitabilitas perusahan yang diproksikan dengan NPM
berpengaruh positif tetapi tidak signifikan karena nilai signifikannya lebih
besar dari 0,05. Penelitian ini membuktikan bahwa profitabilitas tidak
memberikan pengaruh yang signifikan terhadap tindakan manajemen laba. Dengan
tingkat profitabilitas yang rendah tidak membuat perusahaan melakukan manajemen
laba, hal ini dikarenakan investor cenderung mengabaikan informasi NPM yang ada
sehingga manajemen pun menjadi tidak termotivasi melakukan manajemen laba
melalui variabel profitabilitas.
Dengan demikian hipotesis pertama dalam penelitian ini
ditolak. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Ginantra dan Putra
(2015) yang menyatakan bahwa profitabilitas tidak berpengaruh terhadap
manajemen laba. Hal tersebut
dikarenakan manajemen atau agen memiliki informasi
yang lebih daripada pihak luar perusahaan atau prinsipal sehingga agen memiliki
kesempatan untuk memanipulasi laporan keuangan.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Gunawan
dkk. (2015) yang menyatakan bahwa profitabilitas tidak memberikan pengaruh
dalam pembatasan manajemen laba. Penelitian Noviana dan Yuyetta (2013) juga menyatakan bahwa profitabilitas tidak memiliki
pengaruh terhadap manajemen laba, hal ini dikarenakan investor cenderung
mengabaikan informasi rasio profitabilitas yang ada.
Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian
Dwikusumowati dan Raharjo (2013) yang membuktikan bahwa profitabilitas
berpengaruh positif dan signifikan terhadap manajemen laba. Hal ini disebabkan
karena perusahaan bertujuan untuk melaporkan laba yang lebih tinggi agar dapat
menarik minat investor.
4.3.2 Pengaruh Kepemilikan
Manajerial Terhadap Manajemen Laba
Berdasarkan tabel 4.10 variabel kepemilikan manajerial
menunjukkan koefisien regresi sebesar 0,287 dengan tingkat signifikan sebesar
0,350 yang berarti bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh positif tetapi
tidak signifikan karena nilai signifikannya lebih besar dari 0,05. Penelitian
ini membuktikan bahwa kepemilikan manajerial tidak memberikan pengaruh yang
signifikan terhadap tindakan manajemen laba. Hal ini menandakan bahwa adanya
kepemilikan manajerial dalam perusahaan tidak serta merta menunjukkan insentif
manajer untuk melakukan manajemen laba. Hasil ini didukung dengan teori stewardship
yang memandang manajemen sebagai pihak yang dapat dipercaya untuk bertindak
sebaik-baiknya bagi kepentingan stakeholders.
Dengan demikian hipotesis kedua dalam penelitian ini
ditolak. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Zeptian dan Rohman
(2013) yang menyatakan bahwa kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap
manajemen laba. Sejalan dengan penelitian Noviana dan Yuyetta (2013) yang
menyatakan bahwa kepemilikan manajerial tidak memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap manajemen laba. Hal ini menandakan bahwa dengan adanya kepemilikan
manajerial dalam perusahaan tidak serta merta menunjukkan intensif manajemen
untuk melakukan tindakan manajemen.
Hasil penelitian ini juga konsisten dengan penelitian
Agustia (2013) yang menyatakan bahwa kepemilikan manajerial tidak berpengaruh
terhadap manajemen laba. Manajer yang juga memiliki saham perusahaan cenderung
mengambil kebijakan untuk mengelola laba dengan sudut pandang investor,
misalnya dengan meningkatkan laba yang dilaporkan sehingga banyak investor yang
tertarik untuk menanamkan modal dan bisa menaikkan harga saham perusahaan.
Kegagalan pihak manajemen yang juga merupakan pemilik modal perusahaan dalam
meningkatkan kualitas proses pelaporan keuangan disebabkan karena relatif
sangat kecil jika dibandingkan dengan keseluruhan modal yang dimiliki investor
umum.
4.3.3 Pengaruh Kepemilikan Publik
Terhadap Manajemen Laba
Berdasarkan tabel 4.10 variabel kepemilikan publik
menunjukkan koefisien regresi sebesar 2,370 dengan tingkat signifikan sebesar
0,015 yang berarti bahwa kepemilikan publik berpengaruh positif dan signifikan karena nilai signifikannya
lebih kecil dari 0,05. Penelitian ini membuktikan bahwa kepemilikan publik memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap tindakan manajemen laba. Semakin tinggi
persentase kepemilikan publik maka semakin besar kemungkinan manajer melakukan
manajemen laba.
Proporsi kepemilikan publik yang tinggi dalam suatu perusahaan harus selalu
dituntut untuk menunjukkan kredibilitas yang baik dengan cara menampilkan
performa laporan keuangan yang sesuai dengan keinginan investor seperti
menstabilkan rasio-rasio
keuangan yang dapat mempengaruhi keputusan investor. Hal ini dilakukan agar
investor mau terus menginvestasikan dana pada perusahaan, karena kondisi
tersebut manajemen cenderung melakukan manajemen laba agar selalu dapat
menampilkan kinerja yang terbaik dalam perusahaan. Kinerja perusahaan yang
selalu baik akan mempengaruhi pada keputusan investor untuk berinvestasi.
Dengan demikian hipotesis ketiga dalam penelitian ini
diterima. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Suryani dkk
(2015) yang menyatakan persentase saham publik berpengaruh positif terhadap
manajemen laba artinya semakin tinggi persentase saham publik maka semakin
besar kemungkinan perusahaan melakukan manajemen laba. Dengan adanya publik
investor mengakibatkan manajer berkewajiban memberikan informasi internal
secara berkala sebagai bentuk pertanggungjawaban agar dilihat oleh investor
baik maka perusahaan akan melakukan manajemen laba.
Penelitian ini juga konsisten dengan penelitian Raja dkk
(2014) yang menyatakan bahwa persentase saham publik berpengaruh terhadap
manajemen laba. Besarnya persentase
saham yang ditawarkan ke publik memberi pengaruh kepada jumlah informasi yang
akan di-sharing kepada publik. Jadi manajer dituntut untuk menyajikan informasi yang baik sehingga
menarik minat investor untuk melakukan investasi, sehingga manajer cenderung
melakukan manajemen laba agar laba terlihat stabil dengan cara menaikkan dan
menurunkan laba saat ini.
No comments:
Post a Comment