Friday, 22 July 2016

Contoh Penyusunan Bab 1 Skripsi Akuntansi Kuantitatif

BAB I
PENDAHULUAN

1.1         Latar Belakang
Peningkatan pertumbuhan ekonomi di suatu negara didukung dengan berkembangnya dunia bisnis. Setiap perusahaan membutuhkan tambahan dana dari pihak luar perusahaan guna kelangsungan hidup perusahaan tersebut. Oleh karena itu terjadi persaingan yang ketat antar perusahaan untuk tetap bertahan dan mampu bersaing serta dapat menarik investor yang bersedia memberikan dana. Dalam hal itu perusahaan diwajibkan menunjukkan kinerja yang baik dan sehat dengan memberikan informasi yang terdapat pada laporan keuangan perusahaan. Selain itu juga menghindari cara-cara menciptakan keuntungan sesaat dan lebih mengutamakan kelangsungan hidup perusahaan serta kepentingan para pemangku  kepentingan.
Gambaran mengenai kinerja perusahaan selama satu periode tertuang pada laporan keuangan. Para pengguna laporan keuangan selalu menitikberatkan pada tingkat laba perusahaan karena dapat menunjukkan prestasi manajemen dalam mengelola perusahaan serta sebagai indikator dalam pengukuran kinerja manajemen. Apabila tingkat laba yang diinginkan tidak dapat tercapai maka terdapat kemungkinan adanya tindakan manajemen laba.
Berdasarkan teori agensi manajemen laba yang dilakukan oleh manajer tersebut timbul karena keinginan untuk meningkatkan kinerja perusahaan dengan laba besar serta adanya masalah keagenan yaitu konflik kepentingan antara pemilik/pemegang saham (principal) dengan pengelola/manajemen (agent) akibat tidak bertemunya utilitas maksimal di antara mereka. Tetapi berdasarkan teori stewardship, tindakan manajemen laba dilakukan untuk kepentingan publik dan stakeholders.
Masih banyak pertentangan mengenai penggunaan manajemen laba ini dapat dibenarkan atau pun bentuk manipulasi aktivitas dari bisnis. Beberapa pihak memandang tindakan manajemen laba dari dua sudut pandang yang berbeda, salah satu pihak beranggapan bahwa manajemen laba merupakan sebuah tindakan kecurangan (fraud). Manajemen laba dikatakan sebagai kecurangan karena pada dasarnya manajemen laba merupakan perilaku oportunis seorang manajer untuk mempermainkan angka-angka yang terdapat dalam laporan keuangan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapainya. Tindakan ini dilakukan secara sengaja untuk mendapatkan keuntungan secara sepihak. Sedangkan disisi lain terdapat pihak yang beranggapan bahwa manajemen laba bukan merupakan kecurangan, karena hal tersebut dampak dari kebebasan manajer dalam memilih metode-metode akuntansi yang digunakan dalam melakukan pencatatan dan penyusunan informasi keuangan yang dianggap sesuai untuk perusahaan. Hal ini disebabkan beragamnya metode dan prosedur akuntansi yang diakui dan diterima dalam prinsip akuntansi berterima umum (Generally Accepted Accounting Principles)(Sulistyanto,2008:105).
Praktik manajemen laba sudah pernah terjadi di Indonesia, seperti kasus PT Kimia Farma,Tbk yang melaporkan laporan keuangan yang berbeda kepada publik dan kepada Bursa Efek Jakarta (sekarang BEI) dengan sengaja (Purwandari,2011). PT Waskita Karya yang memalsukan keuangan perusahaan sebesar 475 milyar, Direksi PT Waskita Karya merekayasa keuangan sejak tahun buku 2004-2008 dengan memasukkan proyeksi pendapatan proyek multi tahun ke depan sebagai pendapatan tertentu. (sumber: detikfinance.com)
Laba merupakan komponen yang berasal dari selisih antara pendapatan dengan beban atau biaya. Pendapatan dan beban dapat dijadikan sebagai sasaran manajemen untuk mengelola laba. Berbagai macam model pendeteksian manajemen laba dapat digunakan untuk mengukur manajamen laba dalam sebuah perusahaan antara lain Jones Model, Modified Jones Model, Dechow-Dichev Model, Performance-Matched Modified Model, Revenue Model dan sebagainya. Jones model merupakan model pendeteksi manajemen laba pertama yang diperkenalkan oleh Jones (1991) yang kemudian dikembangkan oleh Dechow et al. (1995) yang dikenal dengan modified Jones model.
Menurut Stubben (2010) terdapat beberapa kelemahan dari modified Jones model yang diungkap seperti estimasi cross-sectional yang secara tidak langsung mengasumsikan bahwa perusahaan dalam industri yang sama menghasilkan proses akrual yang sama. Selain itu, model akrual juga tidak menyediakan informasi untuk komponen mengelola laba perusahaan di mana model akrual tidak membedakan peningkatan diskresioner pada laba melalui pendapatan atau komponen beban. Melihat kelemahan dari penelitian mengenai manajemen laba, Stubben (2010) mengembangkan model yang menggunakan komponen utama pendapatan yaitu piutang untuk memprediksi manajemen laba. Penelitian tersebut memberikan bukti bahwa revenue discretionary model biasnya lebih rendah, lebih spesifik, dan lebih kuat daripada model akrual. Penggunaan revenue discretionary model dalam mendeteksi manajemen laba juga dapat diterapkan pada perusahaan di Indonesia, namun belum banyak penelitian yang menggunakan model ini karena merupakan model baru yang dapat digunakan dalam mendeteksi manajemen laba.
Profitabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasikan laba selama satu periode waktu tertentu. Pada umumnya nilai profitabilitas suatu perusahaan dapat digunakan sebagai indikator untuk mengukur kinerja suatu perusahaan. Semakin tinggi profitabilitas suatu perusahaan maka kinerja dan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan juga meningkat. Keterkaitan antara profitabilitas dengan manajemen laba adalah ketika profitabilitas yang diperoleh perusahaan kecil pada periode waktu tertentu akan memicu perusahaan untuk melakukan manajemen laba dengan cara meningkatkan pendapatan yang diperoleh sehingga akan memperlihatkan kinerja perusahaan yang baik dan dapat mempertahankan investor yang ada.
Salah satu rasio analisis yang digunakan untuk mengambarkan profitabilitas perusahaan adalah net profit margin (NPM). NPM menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih setelah dipotong pajak. NPM digunakan untuk mengukur rupiah laba yang dihasilkan oleh setiap satu rupiah penjualan. NPM mengukur seluruh efisiensi, baik administrasi, produksi, penentuan harga, pemasaran, pendanaan maupun manajemen pajak (Ginantra dan Putra, 2015). Manajemen akan menampilkan kinerja yang terbaik untuk meningkatkan NPM perusahaan agar dapat menambah kepercayaan investor untuk berinvestasi di perusahaan tersebut. Meningkatkan kinerja dari perusahaan dapat dilakukan dengan melakukan manajemen pajak agar mendapatkan laba sesuai dengan keinginan.
Laba yang besar akan menarik investor karena perusahaan memiliki tingkat pengembalian yang semakin tinggi. Penelitian yang dilakukan Dwikusumowati dan Rahardjo (2013) menghasilkan bahwa profitabilitas berpengaruh terhadap manajemen laba. Tetapi berbeda dengan hasil penelitian Ginantra dan Putra (2015) dan Gunawan, dkk (2015) menyatakan bahwa profitabilitas tidak mempengaruhi manajemen laba.
Saham perusahaan dapat dimiliki oleh pihak manajemen maupun publik. Dengan adanya beberapa pihak yang memiliki saham perusahaan sehingga terjadi perbedaan kepentingan. Menurut Jensen (1976) hipotesis pemusatan kepentingan menyatakan bahwa kepemilikan saham manajerial dapat membantu penyatuan kepentingan antara pemegang saham dengan manajer. Semakin meningkat proporsi kepemilikan saham manajerial maka semakin baik kinerja perusahaan. Pemusatan kepentingan dapat dicapai dengan memberikan kepemilikan saham kepada manajer. Jika manajer memiliki saham perusahaan, mereka akan memiliki kepentingan yang sama dengan dengan pemilik sehingga dapat mengurangi konflik keagenan. Jika konflik keagenan dapat dikurangi manajer termotivasi untuk meningkatkan kinerja perusahaan dan mengurangi hambatan kontraktual.
Di lain sisi, tingkat kepemilikan manajerial yang tinggi dapat menimbulkan masalah pertahanan. Artinya jika kepemilikan manajerial tinggi, mereka memiliki posisi yang kuat untuk megendalikan perusahaan dan pihak eksternal akan mengalami kesulitan untuk mengendalikan tindakan manajer, hal ini disebabkan karena manajer mempunyai hak voting yang besar atas kepemilikan manajerial yang tinggi.
Besar kecilnya jumlah kepemilikan saham manajerial dalam perusahaan dapat mengidentifikasikan adanya kesamaan kepentingan antara manajemen dengan pemegang saham. Artinya semakin besar kepemilikan manajerial maka semakin rendah  kecenderungan pihak manajemen melakukan praktik manajemen laba karena manajer merasa ikut mempunyai perusahaan (Sudibyo dan Sabeni, 2013). Dalam penelitian Asward dan Lina (2015) kepemilikan manajerial memiliki pengaruh positif terhadap manajemen laba. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan Zeptian dan Rohman (2013) dan Agustia (2013) yang belum bisa membuktikan pengaruh yang signifikan dari kepemilikan manajerial terhadap manajemen laba.
Kepemilikan publik akan menggambarkan jumlah saham yang beredar di masyarakat. Proporsi yang besar atas kepemilikan saham oleh publik akan berakibat pada tingkat kepercayaan dari para investor terhadap perusahaan tinggi, maka manajemen cenderung melakukan manajemen laba agar dapat meningkatkan laba dan kinerja perusahaan yang baik (Nur’aeni, 2010).
Ginantra dan Putra (2015) menyatakan bahwa proporsi kepemilikan publik yang tinggi dalam suatu perusahaan membuat manajemen harus selalu dituntut untuk menunjukkan kredibilitas yang baik dengan cara menampilkan performa laporan keuangan yang sesuai dengan keinginan investor seperti menstabilkan rasio-rasio keuangan yang dapat mempengaruhi keputusan investor. Hal ini dilakukan agar investor tetap menginvestasikan dana pada perusahaan, karena kondisi tersebut manajemen cenderung melakukan manajemen laba agar selalu dapat menampilkan kinerja yang terbaik dalam perusahaan. Kinerja perusahaan yang selalu baik akan mempengaruhi keputusan investor untuk berinvestasi.
Suryani, dkk (2015) juga menyatakan terdapat pengaruh antara persentase saham publik terhadap manajemen laba di mana semakin tinggi persentase saham publik maka semakin besar kemungkinan manajer melakukan manajemen laba. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan Azlina (2010) menghasilkan bahwa persentase saham publik tidak berpengaruh terhadap manajemen laba.
Objek penelitian ini adalah perusahaan manufaktur. Perusahaan manufaktur dipilih karena merupakan mayoritas perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yaitu lebih dari 25 persen dari  jumlah perusahaan yang terdaftar di BEI. Hal ini menempatkan perusahaan manufaktur sebagai tujuan investasi yang menjanjikan bagi investor yang kemudian kemungkinan dapat mendorong adanya praktik manajemen laba.
Berdasarkan fenomena yang terjadi yaitu hasil penelitian yang tidak konsisten peneliti ingin menguji kembali pengaruh profitabilitas, kepemilikan manajerial dan kepemilikan publik terhadap manajemen laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).
1.2         Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan, maka permasalahan dalam penelitian ini adalah:
1.   Apakah profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?
2.   Apakah kepemilikan manajerial berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?
3.   Apakah kepemilikan publik berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?



1.3         Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk:
a.    Menganalisis atau memberikan bukti empiris mengenai pengaruh profitabilitas terhadap manajemen laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
b.    Menganalisis atau memberikan bukti empiris mengenai pengaruh kepemilikan manajerial terhadap manajemen laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
c.    Menganalisis atau memberikan bukti empiris mengenai pengaruh kepemilikan publik terhadap manajemen laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
1.4         Manfaat penelitian
a.    Manfaat Teoritis
-       Untuk menambah pengetahuan dan wawasan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi manajemen laba pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, sehingga diharapkan dapat menambah literatur tentang manajemen laba.
-       Sebagai bahan pembanding bagi penelitian terdahulu sekaligus sumber referensi dan informasi bagi penelitian-penelitian selanjutnya
b.    Manfaat Praktis
-       Sebagai bahan pertimbangan bagi manajemen untuk mengungkapkan manajemen laba yang dilakukan oleh perusahaan sehingga dapat membantu stakeholder dalam mendapatkan informasi yang lengkap mengenai perusahaan
-       Memberikan masukan kepada investor bahwa manajemen laba pada perusahaan dapat dijadikan salah satu informasi dalam kaitannya dengan pengambilan keputusan investasi

No comments:

Post a Comment