BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Definisi
Operasional dan Pengukuran Variabel
Dalam penelitian ini, variabel yang
digunakan adalah manajemen laba sebagai variabel dependennya, sedangkan profitabilitas,
kepemilikan manajerial dan kepemilikan publik sebagai variabel independennya.
3.1.1 Variabel Dependen (Y)
Variabel dependen (variabel terikat) merupakan variabel yang dipengaruhi
atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2013:61).
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah manajemen laba yang diukur dengan revenue
discretionary model.
Manajemen laba
adalah suatu kegiatan untuk mengatur laporan keuangan sesuai dengan keinginan
manajer yang bertujuan untuk menyesatkan para pemegang saham, stakeholder,
dan pembaca laporan keuangan dalam mengetahui kinerja perusahaan.
Variabel
manajemen laba diuji dengan revenue
discretionary model merupakan variabel dengan skala nominal.
Perusahaan yang melakukan manajemen laba diberi angka 1, sedangkan perusahaan
yang tidak melakukan manajemen laba diberi angka 0. Rumus revenue
discretionary model sebagai berikut:
(Sumber: Stubben, 2010)
dimana:
AR adalah piutang akhir tahun
α adalah
konstanta
β adalah koefisien
regresi
∆ adalah perubahan tahunan
R1_3 adalah
pendapatan pada tiga kuartal pertama
R4 adalah
pendapatan pada kuartal keempat
ԑ adalah error
Jika
nilai residual manajemen laba ada diantara -0,075 sampai 0,075 berarti
perusahaan digolongkan sebagai perusahaan yang tidak melakukan manajemen laba. Sebaliknya,
jika nilai residual kurang dari (<) -0,075 atau lebih dari (>) 0,075,
maka perusahaan digolongkan sebagai perusahaan yang melakukan manajemen laba
(Windharta, 2014) .
3.1.2 Variabel Independen (X)
Variabel independen (variabel bebas)
adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau
timbulnya variabel dependen (terikat) (Sugiyono, 2013:61). Dalam penelitian ini
terdapat 3 (tiga) variabel independen, yaitu:
a.
Profitabilitas (X1)
Profitablitas
menggambarkan kinerja yang dihasilkan oleh suatu perusahaan pada satu periode waktu
tertentu. Rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan
perusahaan dalam mencari keuntungan. Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat
efektivitas manajemen suatu perusahaan. Salah satu rasio analisis yang digunakan
untuk menggambarkan
profitabilitas perusahaan adalah net profit margin (NPM).
NPM menunjukkan
kemampuan perusahaan
menghasilkan laba bersih setelah dipotong pajak. Net profit margin
digunakan untuk mengukur rupiah laba yang dihasilkan oleh setiap satu rupiah
penjualan. NPM mengukur seluruh efisiensi, baik administrasi, produksi,
penentuan harga, pemasaran, pendanaan maupun manajemen pajak (Ginantra dan
Putra, 2015).
Manajemen akan
menampilkan kinerja yang terbaik untuk meningkatkan profitabilitas perusahaan
agar dapat menambah kepercayaan investor untuk berinvestasi di perusahaan
tersebut. Meningkatkan kinerja dari perusahaan dapat dilakukan dengan melakukan
manajemen laba agar mendapatkan laba sesuai dengan keinginan. Rumus NPM sebagai
berikut:
(Sumber: Ginantra dan Putra, 2015)
Laba
bersih setelah pajak merupakan pendapatan bersih dikurangi beban operasi
kemudian ditambah pendapatan di luar operasi dikurangi biaya di luar usaha
dikurangi baban pajak penghasilan. Total penjualan
merupakan seluruh jumlah penjualan bersih pada satu periode akuntansi.
b.
Kepemilikan
Manajerial (X2)
Kepemilikan manajerial merupakan proporsi kepemilikan saham
dari pihak manajemen
perusahaan meliputi manajer,
dewan komisaris maupun dewan direksi. Dari
sudut pandang teori akuntansi, manajemen laba sangat ditentukan oleh motivasi
manajer perusahaan. Motivasi yang berbeda akan menghasilkan besaran yang
berbeda pula, seperti antara manajer yang juga sekaligus sebagai pemegang saham
dan manajer yang tidak sebagai pemegang saham. Dua hal tersebut akan
mempengaruhi manajemen laba, sebab kepemilikan seorang manajer akan ikut
menentukan kebijakan dan pengambilan keputusan terhadap metode akuntansi yang
diterapkan pada perusahaan yang dikelolanya.
Kepemilikan
manajerial diukur dengan skala nominal,
dimana kepemilikan manajerial diberi angka 1 jika terdapat saham yang dimiliki
oleh manajemen perusahaan, dan angka 0 jika tidak terdapat saham yang dimiliki
oleh manajemen perusahaan (Asward dan Lina, 2015).
c.
Kepemilikan Publik
(X3)
Kepemillikan
publik akan menggambarkan jumlah saham yang beredar di masyarakat. Proporsi
kepemilikan publik tinggi dalam suatu perusahaan membuat manajemen harus selalu
dituntut untuk menunjukkan kredibilitas yang baik dengan cara menampilkan
performa laporan keuangan yang sesuai dengan keinginan investor seperti
menstabilkan rasio-rasio keuangan yang dapat mempengaruhi keputusan investor.
Hal ini dilakukan agar investor mau terus menginvestasikan dana pada perusahaan. Kinerja perusahaan yang selalu baik
akan mempengaruhi keputusan investor untuk berinvestasi.
Pengukuran
untuk kepemilikan publik dihitung dengan membandingkan saham yang dimiliki publik dengan persentase kepemilikan kurang dari 5% dengan
jumlah saham keseluruhan beredar yang dapat dirumuskan sebagai berikut:
(Sumber: Ginantra dan Putra, 2015 )
Ringkasan definisi operasional variabel penelitian
dapat dilihat dalam tabel 3.1 sebagai berikut:
Tabel 3.1
Ringkasan
Definisi Operasional Variabel
No
|
Variabel
|
Definisi
|
Skala
|
Cara Pengukuran
|
1.
|
Manajemen Laba (Y)
|
Manajemen laba adalah suatu kegiatan untuk mengatur
laporan keuangan sesuai dengan keinginan manajer yang
bertujuan untuk menyesatkan para pemegang saham, stakeholder, dan
pembaca laporan keuangan.
|
Nominal
|
Sumber: Stubben (2010)
jika nilai residual antara
-0,075 sampai 0,075 diberi nilai 0, tetapi jika nilainya kurang dari -0,075
atau lebih dari 0,075 diberi nilai 1 (Widharta, 2014)
|
2.
|
Profitabilitas (X1)
|
Rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan
menghasilkan laba dalam periode tertentu
|
Rasio
|
(Sumber: Ginantra
dan Putra, 2015)
|
3.
|
Kepemilikan Manajerial (X2)
|
Proporsi saham yang dimiliki pihak manajemen (manajer, dewan komisaris dan dewan direksi) dari seluruh saham perusahaan yang beredar
|
Nominal
|
Kepemilikan manajerial diberi angka 1 jika
terdapat saham yang dimiliki oleh manajemen perusahaan, dan angka 0 jika
tidak terdapat saham yang dimiliki oleh manajemen perusahaan.
(Sumber: Asward dan Lina, 2015)
|
4
|
Kepemilikan Publik (X3)
|
Rasio perbandingan jumlah saham yang dimiliki publik dengan persentase kepemilikan kurang dari 5% dengan seluruh saham perusahaan yang
beredar
|
Rasio
|
(Sumber: Ginantra
dan Putra, 2015 )
|
3.2 Populasi dan Sampel
Populasi adalah wilayah generalisasi yang
terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya (Sugiyono, 2013:117). Populasi dalam penelitian ini adalah
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama
periode penelitian yaitu tahun 2012-2014 yang terdiri dari 143 perusahaan. Dari populasi tersebut nantinya akan diambil
sejumlah perusahaan untuk dijadikan sampel penelitian.
Sampel adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2013:118). Sampel penelitian dipilih
dengan menggunakan purposive sampling method yaitu pengambilan sampel
dipilih atas dasar kesesuaian karakteristik sampel dengan kriteria pemilihan
sampel yang telah ditetapkan. Kriteria sampel tersebut adalah:
a.
Perusahaan
manufaktur yang terdaftar di BEI secara berturut-turut selama periode tahun
2012-2014
b.
Perusahaan
manufaktur yang laporan keuangannya menggunakan mata uang Rupiah.
c.
Perusahaan
manufaktur yang memperoleh
laba secara berturut-turut selama periode tahun 2012-2014
Berdasarkan
karakteristik pemilihan sampel di atas diperoleh perusahaan yang akan digunakan
sebagai sampel penelitian. Tabel 3.2
berikut ini menyajikan hasil seleksi sampel dengan metode purposive sampling:
Tabel 3.2
Seleksi Sampel
Keterangan
|
Jumlah
|
Perusahaan manufaktur yang
terdaftar di BEI sampai tahun 2014
|
143
|
Pengurangan Kriteria 1
Perusahaan manufaktur yang
tidak terdaftar secara berturut-turut selama periode 2012-2014
|
(10)
|
Pengurangan sampel
kriteria 2
Perusahaan manufaktur yang
laporan keuangannya tidak mengunakan mata uang Rupiah
|
(28)
|
Pengurangan sampel
kriteria 3
Perusahaan manufaktur
yang tidak memperoleh laba secara berturut-turut selama periode 2012-2014
|
(37)
|
Jumlah sampel
|
68
|
Jumlah data observasi 68
perusahaan selama 3 tahun
|
204
|
Sumber:
data diolah
3.3 Jenis
dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah data kuantitatif berupa data dalam laporan keuangan perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2012, 2013 dan 2014. Sumber data
yang digunakan ini
adalah data sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data
kepada pengumpul data misalnya lewat orang lain atau lewat dakumen (Sugiyono,
2013:193). Data sekunder yang digunakan berupa laporan keuangan perusahaan
sampel yang diperoleh dari situs resmi Bursa Efek Indonesia
(http//www.idx.co.id) dan
ringkasan laporan keuangan perusahaan dalam ICMD 2015.
Rincian data laporan keuangan yang dibutuhkan antara
lain:
1.
Laba bersih setelah
pajak tahun 2012-2014
2.
Persentase
kepemilikan manajerial tahun 2012-2014
3.
Persentase kepemilikan
publik tahun 2012-2014
4.
Penjualan bersih
per triwulan dan tahunan selama tahun 2011-2014
5.
Piutang usaha per tahun
selama tahun 2011-2014
3.4.1
Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan
melalui dokumentasi, yaitu dengan mengumpulkan data sekunder berupa laporan
keuangan kuartalan dan laporan keuangan tahunan periode 2012, 2013, dan 2014
yang dipublikasikan oleh BEI melalui internet (www.idx.co.id) dan ringkasan laporan keuangan dari ICMD 2015.
3.5 Analisis Data
Metode
analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis data
kuantitatif dengan menggunakan program SPSS (Statistical Package for Social
Sciences) versi 23 sebagai alat untuk menguji data tersebut.
3.5.1 Statistik
Deskriptif
Statistik deskriptif merupakan statistik yang digunakan untuk
menganalisis data dengan cara
menggambarkan atau mendiskripsikan data menjadi sebuah informasi yang lebih
jelas dan mudah untuk dipahami. Statistik
deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari
nilai rata-rata (mean), median, modus, standar deviasi, nilai maksimum dan
minimum.
3.5.2
Uji Multikolinieritas
Pengukuran
asumsi klasik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji multikolinieritas.
Uji multikolinieritas
bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi
antar variabel
independen. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi
antar variabel independennya. Uji multikolinieritas yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu menganalisis matrik korelasi variabel-variabel independen
jika korelasi antar variabel independen kurang dari 0,9 maka tidak ada gejala
multikolinieritas. Namun jika nilai korelasi lebih besar dari 0,9 maka terdapat
multikolinieritas.
3.5.3 Regresi Logistik
Model
analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi logistik.
Regresi logistik adalah salah satu bentuk regresi nonlinier yang
menggunakan fungsi eksponensial dalam pendugaan parameternya. Pada regresi
logistik, variabel dependen (Y) menggunakan data kategorik (ordinal atau
nominal) dan variabel independennya (X) bisa berbentuk numerik (rasio atau
interval) dan atau data kategorik. Model ini dianggap tepat karena variabel dependen
(Y) dalam penelitian ini mengunakan skala nominal (Ghozali, 2016:321). Persamaan
regresi logistik yang digunakan adalah sebagai berikut:
di mana:
α adalah konstanta
β adalah koefisien regresi
X1 adalah profitabilitas (NPM)
X2 adalah kepemilikan manajerial (dummy)
X3 adalah kepemilikan publik
e adalah error
3.5.4 Uji hipotesis
Untuk menjawab hipotesis penelitian, dilakukan beberapa
metode analisis sebagai berikut:
1.
Menilai kelayakan
model regresi
Kelayakan model
regresi dinilai dengan menggunakan Hosmer and Lemeshow’s Goodnes of Fit
Test. Jika nilai Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test
signifikan secara statistik pada α=0,05 maka model tidak mampu memprediksikan
nilai observasinya. Namun, jika Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test tidak signifikan secara statistik pada α=0,05
berarti model mampu memprediksikan nilai observasinya.
2.
Menilai Keseluruhan
Model (Overall Model Fit)
Dalam menilai model
fit dan keseluruhan model (overall model fit) dapat dilkukan dengan
beberapa cara sebagai berikut:
a.
Uji Model Fit (-2Log LikeHood)
Uji statistik model
fit digunakan berdasarkan fungsi likelihood pada estimasi model regresi.
Likelihood (L) dari model adalah probabilitas bahwa model yang
dihipotesiskan menggambarkan data input. L ditransformasikan menjadi -2LogL
untuk menguji hipotesis nol dan hipotesis alternatif. Penggunaan nilai untuk
keseluruhan model terhadap data dilakukan dengan membandingkan nilai -2Log
Likelihood awal (blok number = 0) dengan nilai -2Log Likelihood akhir (blok
number = 1). Apabila terjadi penurunan, maka model tersebut menunjukkan model
regresi yang baik.
b.
Cox and Snell’s R
square & Negelkerke’s R square
Cox and Snell’s R
square merupakan ukuran yang mencoba meniru ukuran R square pada
multiple regression yang didasarkan pada teknik estimasi likelihood dengan
nilai maksimum kurang dari 1 sehingga sulit diinterprestasikan. Untuk
mendapatkan koefisien determinasi yang dapat diinterprestasikan seperti nilai
pada multiple regression, maka digunakan Negelkerke’s R square.
Negelkerke’s R square merupakan
modifikasi dari koefisien Cox and Snell’s R square untuk memastikan bahwa nilainya
bervariasi dari 0 sampai 1. Hal ini dilakukan dengan cara membagi nilai Cox
and Snell’s R square dengan nilai maksimumnya. Nilai Negelkerke’s R square dapat
diinterpretasikan seperti nilai R2 pada multiple regression
(Ghozali, 2016:329).
3.
Pengujian
Signifikan Koefisien Regresi
Pengujian
signifikan koefisien regresi dilakukan untuk menguji seberapa jauh pengaruh
satu variabel independen terhadap variabel dependen. Koefisien regresi logistik
dapat ditentukan dengan menggunakan p-value (Probability value) dengan
taraf signifikasi α=5% atau 0,05. Kriteria menerima atau menolak hipotesis yang
digunakan adalah:
a.
Jika nilai probabilitas
sig < α, maka hipotesis diterima
b.
Jika nilai probabilitas
sig ≥ α, maka hipotesis ditolak
No comments:
Post a Comment