1. PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Peningkatan pertumbuhan
ekonomi di suatu negara didukung dengan berkembangnya dunia bisnis. Setiap
perusahaan membutuhkan tambahan dana dari pihak luar perusahaan guna
kelangsungan hidup perusahaan tersebut. Oleh karena itu terjadi persaingan yang
ketat antar perusahaan untuk tetap bertahan dan mampu bersaing serta dapat
menarik investor yang bersedia memberikan dana. Dalam hal itu perusahaan
diwajibkan menunjukkan kinerja yang baik dan sehat dengan memberikan informasi
yang terdapat pada laporan keuangan perusahaan. Selain itu juga menghindari
cara-cara menciptakan keuntungan sesaat dan lebih mengutamakan kelangsungan
hidup perusahaan serta kepentingan para pemangku kepentingan.
Gambaran mengenai
kinerja perusahaan selama satu periode tertuang pada laporan keuangan. Para
pengguna laporan keuangan selalu menitikberatkan pada tingkat laba perusahaan
karena dapat menunjukkan prestasi manajemen dalam mengelola perusahaan serta
sebagai indikator dalam pengukuran kinerja manajemen. Apabila tingkat laba yang
diinginkan tidak dapat tercapai maka terdapat kemungkinan adanya tindakan
manajemen laba.
Berdasarkan teori
agensi manajemen laba yang dilakukan oleh manajer tersebut timbul karena
keinginan untuk meningkatkan kinerja perusahaan dengan laba besar serta adanya masalah
keagenan yaitu konflik kepentingan antara pemilik/pemegang saham (principal) dengan
pengelola/manajemen (agent) akibat tidak bertemunya utilitas maksimal di antara
mereka. Tetapi berdasarkan teori stewardship, tindakan manajemen laba
dilakukan untuk kepentingan publik dan stakeholders.
Praktik manajemen laba sudah pernah terjadi di Indonesia, seperti kasus PT
Kimia Farma,Tbk yang melaporkan laporan keuangan yang berbeda kepada publik dan
kepada Bursa Efek Jakarta (sekarang BEI) dengan sengaja (Purwandari,2011). PT
Waskita Karya yang memalsukan keuangan perusahaan sebesar 475 milyar, Direksi
PT Waskita Karya merekayasa keuangan sejak tahun buku 2004-2008 dengan
memasukkan proyeksi pendapatan proyek multi tahun ke depan sebagai pendapatan
tertentu. (sumber: detikfinance.com)
Laba merupakan komponen
yang berasal dari selisih antara pendapatan dengan beban atau biaya. Pendapatan dan beban dapat
dijadikan sebagai sasaran manajemen untuk mengelola laba. Berbagai macam model
pendeteksian manajemen laba dapat digunakan untuk mengukur manajamen laba dalam
sebuah perusahaan antara lain Jones Model, Modified Jones Model, Dechow-Dichev Model,
Performance-Matched Modified Model, Revenue Model dan sebagainya. Jones model merupakan model pendeteksi manajemen
laba pertama yang diperkenalkan oleh Jones (1991) yang kemudian dikembangkan
oleh Dechow et al. (1995) yang dikenal dengan modified Jones model.
Menurut Stubben (2010)
terdapat beberapa kelemahan dari modified Jones model yang diungkap seperti estimasi cross-sectional
yang
secara tidak langsung mengasumsikan bahwa perusahaan dalam industri yang sama
menghasilkan proses akrual yang sama. Selain itu, model akrual juga tidak
menyediakan informasi untuk komponen mengelola laba perusahaan di mana model
akrual tidak membedakan peningkatan diskresioner pada laba melalui pendapatan
atau komponen beban. Melihat kelemahan dari penelitian mengenai manajemen laba,
Stubben (2010) mengembangkan model yang menggunakan komponen utama pendapatan
yaitu piutang untuk memprediksi manajemen laba. Penelitian tersebut memberikan
bukti bahwa
revenue discretionary model biasnya lebih rendah,
lebih spesifik, dan lebih kuat daripada model akrual. Penggunaan revenue
discretionary model dalam
mendeteksi manajemen laba juga dapat diterapkan pada perusahaan di Indonesia,
namun belum banyak penelitian yang menggunakan model ini karena merupakan model
baru yang dapat digunakan dalam mendeteksi manajemen laba.
Profitabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasikan laba
selama satu periode waktu tertentu. Pada umumnya nilai profitabilitas suatu
perusahaan dapat digunakan sebagai indikator untuk mengukur kinerja suatu
perusahaan. Keterkaitan antara profitabilitas dengan manajemen laba adalah
ketika profitabilitas yang diperoleh perusahaan kecil pada periode waktu
tertentu akan memicu perusahaan untuk melakukan manajemen laba dengan cara
meningkatkan pendapatan yang diperoleh sehingga akan memperlihatkan kinerja
perusahaan yang baik dan dapat mempertahankan investor yang ada.
Saham perusahaan dapat dimiliki oleh pihak manajemen maupun publik. Dengan adanya
beberapa pihak yang memiliki saham perusahaan sehingga terjadi perbedaan
kepentingan. Menurut Jensen (1976) hipotesis pemusatan kepentingan menyatakan
bahwa kepemilikan saham manajerial dapat membantu penyatuan kepentingan antara
pemegang saham dengan manajer. Semakin meningkat proporsi kepemilikan saham
manajerial maka semakin baik kinerja perusahaan. Pemusatan kepentingan dapat
dicapai dengan memberikan kepemilikan saham kepada manajer. Jika manajer
memiliki saham perusahaan, mereka akan memiliki kepentingan yang sama dengan
dengan pemilik sehingga dapat mengurangi konflik keagenan. Jika konflik
keagenan dapat dikurangi manajer termotivasi untuk meningkatkan kinerja
perusahaan dan mengurangi hambatan kontraktual.
Kepemilikan publik akan menggambarkan jumlah saham yang beredar di
masyarakat. Proporsi yang besar atas kepemilikan saham oleh publik akan
berakibat pada tingkat kepercayaan dari para investor terhadap perusahaan
tinggi, maka manajemen cenderung melakukan manajemen laba agar dapat
meningkatkan laba dan kinerja perusahaan yang baik (Nur’aeni, 2010).
Objek penelitian ini adalah perusahaan manufaktur. Perusahaan manufaktur
dipilih karena merupakan mayoritas perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia yaitu lebih dari 25 persen dari jumlah perusahaan yang terdaftar di BEI. Hal
ini menempatkan perusahaan manufaktur sebagai tujuan investasi yang menjanjikan
bagi investor yang kemudian kemungkinan dapat mendorong adanya praktik
manajemen laba.
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan, maka permasalahan dalam penelitian ini adalah:
1.
Apakah profitabilitas
berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?
2.
Apakah kepemilikan
manajerial berpengaruh signifikan terhadap
manajemen laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia?
3.
Apakah kepemilikan publik
berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?
1.3
Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas,
maka penelitian ini bertujuan untuk:
a. Menganalisis atau
memberikan bukti empiris mengenai pengaruh
profitabilitas terhadap manajemen laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia.
b. Menganalisis atau memberikan
bukti empiris mengenai pengaruh kepemilikan manajerial terhadap manajemen laba pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
c. Menganalisis atau
memberikan bukti empiris mengenai pengaruh
kepemilikan publik terhadap manajemen laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia.
1.4
Manfaat penelitian
a.
Manfaat Teoritis
- Untuk menambah pengetahuan
dan wawasan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi manajemen laba pada
perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, sehingga diharapkan dapat
menambah literatur tentang manajemen laba.
- Sebagai bahan pembanding bagi
penelitian terdahulu sekaligus sumber referensi dan informasi bagi
penelitian-penelitian selanjutnya
b.
Manfaat Praktis
- Sebagai bahan pertimbangan
bagi manajemen untuk mengungkapkan manajemen laba yang dilakukan oleh perusahaan sehingga dapat
membantu stakeholder dalam mendapatkan informasi yang lengkap mengenai
perusahaan
- Memberikan masukan kepada
investor bahwa manajemen laba pada perusahaan dapat dijadikan salah satu
informasi dalam kaitannya dengan pengambilan keputusan investasi
2. DASAR
TEORI
2.1 Teori Agensi (Agency Theory)
Agency theory menguraikan hubungan antara prinsipal dan
agen, dimana prinsipal adalah pihak yang memberikan mandat kepada pihak agen.
Prinsipal mendelegasikan tanggung jawab pengambilan keputusan kepada agen di
mana hak dan kewajiban kedua belah pihak diuraikan dalam suatu perjanjian kerja
yang saling menguntungkan (Anton, 2010).
Dengan hal ini terdapat dua kepentingan yang
berbeda di dalam perusahaan di mana masing-masing pihak berusahaan untuk
mencapai kemakmuran yang dikehendaki, sehingga terjadi asimetri informasi antara
manajemen dengan pemilik yang dapat memberikan kesempatan kepada manajer untuk
melakukan manajemen laba dalam rangka menyesatkan prinsipal mengenai kinerja
ekonomi perusahaan.
2.2 Stewardship Theory
Stewardship theory menggambarkan hubungan antara pemegang saham
(principal) dan manajer (steward) (Anton, 2010). Teori ini memiliki
asumsi bahwa kepentingan personal antara manajer dan pemegang saham dapat
diselaraskan melalui pencapaian tujuan organisasi. Apabila terdapat perbedaan
kepentingan antara principal dan
steward, steward akan menjunjung tinggi nilai kebersamaan sehingga tujuan
perusahaan dapat dicapai (Anton, 2010). Pada dasarnya karyawan ingin melakukan
pekerjaan dengan baik untuk menjadi pengelola yang baik dalam perusahaan.
2.3 Signalling Theory
Signaling
theory mengemukakan tentang bagaimana
seharusnya sebuah perusahaan memberikan sinyal kepada pengguna laporan
keuangan. Sinyal ini berupa
informasi mengenai apa yang sudah dilakukan oleh manajemen untuk merealisasikan
keinginan pemilik. Sinyal dapat berupa promosi atau informasi lain yang
menyatakan bahwa perusahaan tersebut lebih baik daripada perusahaan lain
(Jamaan, 2008).
2.4 Manajemen Laba
Manajemen laba (earnings
management) dilakukan dengan mempermainkan komponen-komponen akrual dalam
laporan keuangan, sebab akrual merupakan komponen yang mudah untuk dipermainkan
sesuai dengan keinginan orang yang melakukan pencatatan transaksi dan menyusun
laporan keuangan. Alasannya, komponen akrual merupakan komponen yang tidak
memerlukan bukti kas secara fisik sehingga upaya mempermainkan besar kecilnya
komponen akrual tidak harus disertai dengan kas yang diterima atau dikeluarkan
perusahaan (Sulistyanto, 2008).
Ada dua perspektif penting yang
dapat digunakan untuk menjelaskan mengapa manajemen laba dilakukan oleh
manajer, yaitu perspektif informasi dan oportunis. Perspektif informasi
merupakan pandangan yang menyarankan bahwa manajemen laba merupakan kebijakan
manajerial untuk mengungkapkan harapan pribadi manajer tentang arus kas
perusahaan dimasa depan. Upaya mempengaruhi informasi itu dilakukan dengan
memanfaatkan kebebasan memilih, menggunakan, dan
mengubah metode dan prosedur akuntansi. Perspektif oportunis merupakan
pandangan yang menyatakan bahwa manajemen laba merupakan perilaku manajer untuk
mengelabui investor dan memaksimalkan kesejahteraannya karena memiliki
informasi lebih banyak dibandingkan pihak lain (Sulistyanto, 2008).
2.4.1 Faktor-faktor Pendorong Manajemen
Laba
Menurut Watts
dan Zimmerman dalam Sulistyanto (2008) pengelompokan ini sejalan dengan tiga hipotesis
utama dalam teori akuntansi positif (positive accounting theory) yang menjadi dasar
pengembangan pengujian hipotesis untuk mendeteksi manajemen laba, yaitu:
1.
Bonus plan hypothesis
Manajemen akan
memilih metode akuntansi yang memaksimalkan utilitasnya yaitu bonus yang
tinggi. Manajer perusahaan yang memberikan bonus besar berdasarkan earnings lebih
banyak menggunakan metode akuntansi yang meningkatkan laba yang
dilaporkan.
2.
Debt covenant hypothesis
Dalam konteks
perjanjian hutang, manajer akan mengelola dan mengatur labanya agar kewajiban
hutangnya yang seharusnya diselesaikan pada tahun tertentu dapat ditunda untuk
tahun berikutnya. Hal ini untuk menjaga reputasi mereka dalam pandangan pihak
eksternal.
3.
Political cost hypothesis
Dalam hipotesis ini dikatakan bahwa
perusahaan besar cenderung menggunakan metode akuntansi yang dapat mengurangi
laba periodiknya dibandingkan di perusahaan kecil.
2.4.2 Teknik dan Pola Manajemen Laba
Menurut Scott (2009:406) pola manajemen laba dapat lakukan dengan
cara:
1.
Taking a Bath
Pola ini
terjadi pada saat reorganisasi termasuk pengangkatan CEO baru dengan melaporkan
kerugian dalam jumlah besar. Tindakan ini diharapkan dapat meningkatkan laba di
masa datang.
2. Income Minimization
Dilakukan
pada saat perusahaan mengalami tingkat laba yang tinggi sehingga jika laba pada
periode mendatang diperkirakan turun drastis dapat diatasi dengan mengambil
laba periode sebelumnya.
3. Income Maximization
Dilakukan
pada saat laba menurun. Tindakan atas income maximization bertujuan
untuk melaporkan net income yang tinggi untuk tujuan bonus yang lebih
besar. Pola ini dilakukan oleh perusahaan yang melakukan pelanggaran perjanjian
hutang.
4. Income Smoothing
Dilakukan
perusahaan dengan cara meratakan laba yang dilaporkan sehingga dapat mengurangi
fluktuasi laba yang terlalu besar karena pada umumnya investor lebih menyukai
laba yang relatif stabil.
Teknik
dan pola manajemen laba menurut Setiawati dan Na’im (2000) dalam Rahmawati dkk.
(2006) dapat dilakukan dengan tiga teknik yaitu:
a.
Memanfaatkan peluang untuk membuat estimasi akuntansi.
b.
Mengubah metode akuntansi.
c.
Menggeser periode biaya atau pendapatan.
2.4.3 Pegukuran
manajemen laba
Manajemen laba diproksikan dengan Revenue Discretionary Model. Rumus
revenue discretionary model sebagai berikut:
(Sumber: Stubben, 2010)
di
mana:
AR adalah piutang akhir tahun
α adalah konstanta
β adalah koefisien regresi
∆ adalah perubahan tahunan
R1_3 adalah pendapatan pada tiga kuartal pertama
R4 adalah pendapatan pada kuartal keempat
ԑ adalah error
Jika
nilai residual manajemen laba ada diantara -0,075 sampai 0,075 berarti
perusahaan digolongkan sebagai perusahaan yang tidak melakukan manajemen laba.
Sebaliknya, jika nilai residual kurang dari (<) -0,075 atau lebih dari
(>) 0,075 maka perusahaan digolongkan sebagai perusahaan yang melakukan
manajemen laba (Windharta, 2014).
2.5
Profitabilitas
Profitabilitas
merupakan suatu indikator kinerja yang dilakukan manajemen dalam mengelola
kekayaan perusahaan yang ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan. Salah satu rasio analisis yang digunakan untuk mengambarkan profitabilitas
perusahaan adalah Net
Profit Margin (NPM).
NPM menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba
bersih setelah dipotong pajak. NPM digunakan untuk mengukur rupiah laba yang
dihasilkan oleh setiap satu rupiah penjualan. NPM mengukur seluruh efisiensi,
baik administrasi, produksi, penentuan harga, pemasaran, pendanaan maupun
manajemen pajak (Ginantra dan Putra, 2015). Rumus NPM sebagai berikut:
(Sumber: Ginantra dan
Putra, 2015)
2.6
Kepemilikan
Manajerial
Dari sudut pandang teori akuntansi,
manajemen laba sangat ditentukan oleh motivasi manajer perusahaan. Motivasi
yang berbeda akan menghasilkan besaran yang berbeda pula, seperti antara
manajer yang juga sekaligus sebagai pemegang saham dan manajer yang tidak
sebagai pemegang saham. Dua hal tersebut akan mempengaruhi manajemen laba,
sebab kepemilikan seorang manajer akan ikut menentukan kebijakan dan
pengambilan keputusan terhadap metode akuntansi yang diterapkan pada perusahaan
yang dikelolanya.
Gideon (2005) dalam Zeptian dan Rohman (2013)
menyatakan kepemilikan manajerial merupakan persentase kepemilikan
saham dari manajemen perusahaan meliputi manajer, dewan komisaris
maupun dewan direksi. Kepemilikan manajerial dapat diukur dengan skala nominal di mana diberi nilai 1 jika dalam perusahaan
ada pihak manajemen yang memiliki saham perusahaan, dan diberi nilai 0 jika
tidak ada pihak manajemen yang memiliki saham perusahan (Asward dan Lina,
2015).
2.7 Kepemilikan
Publik
Proporsi
kepemilikan publik tinggi dalam suatu perusahaan membuat manajemen harus selalu
dituntut untuk menunjukkan kredibilitas yang baik dengan cara menampilkan
performa laporan keuangan yang sesuai dengan keinginan investor seperti
menstabilkan rasio-rasio keuangan yang dapat mempengaruhi keputusan investor.
Pengukuran untuk
kepemilikan publik dihitung dengan membandingkan saham yang dimiliki publik
dengan kepemilikan kurang dari 5% dengan jumlah saham perusahaan yang beredar
yang dapat dirumuskan sebagai berikut:
(Sumber: Ginantra dan Putra, 2015 )
2.8 Kerangka Konsep
Berdasarkan
landasan teori dan hasil penelitian sebelumnya serta permasalahan yang
dikemukakan, maka sebagai acuan untuk merumuskan hipotesis, berikut disajikan
pemikiran teoris yang yang dituangkan dalam model penelitian seperti yang
ditunjukkan pada gambar berikut:
Gambar 2.1
Kerangka Konsep
2.9 Pengembangan Hipotesis
2.9.1 Pengaruh Profitabilitas Terhadap Manajemen Laba
Pada penelitian Dwikusumowati dan Rahardjo (2013) menyatakan bahwa profitabilitas
memiliki pengaruh pengaruh positif terhadap manajemen laba artinya semakin
tinggi profitabilitas perusahaan maka semakin tinggi kecenderungan
perusahaan melakukan tindakan manajemen laba. Tetapi berbeda dengan hasil
penelitian Ginantra dan Putra (2015) dan Gunawan, dkk (2015) menyatakan bahwa
profitabilitas tidak mempengaruhi manajemen laba.
Berdasarkan uraian tersebut dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
H1 :
Profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba
2.10.2
Pengaruh Kepemilikan Manajerial Terhadap
Manajemen Laba
Besar kecilnya jumlah kepemilikan saham manajerial dalam perusahaan dapat
mengidentifikasikan adanya kesamaan kepentingan antara manajemen dengan
pemegang saham. Artinya semakin besar kepemilikan manajerial maka semakin
rendah kecenderungan pihak manajemen
melakukan praktik manajemen laba karena manajer merasa ikut mempunyai
perusahaan (Sudibyo dan Sabeni, 2013).
Berdasarkan uraian tersebut dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
H2 :
Kepemilikan Manajerial berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba
2.10.3
Pengaruh Kepemilikan Publik Terhadap
Manajemen Laba
Dalam penelitian Ginantra dan Putra (2015) menyatakan bahwa
proporsi kepemilikan publik yang tinggi dalam suatu perusahaan harus selalu
dituntut untuk menunjukkan kredibilitas yang baik dengan cara menampilkan
performa laporan keuangan yang sesuai dengan keinginan investor seperti
menstabilkan rasio-rasio keuangan yang dapat mempengaruhi keputusan investor. Hal
ini dilakukan agar investor mau terus menginvestasikan dana pada perusahaan,
karena kondisi tersebut manajemen cenderung melakukan manajemen laba agar
selalu dapat menampilkan kinerja yang terbaik dalam perusahaan. Kinerja
perusahaan yang selalu baik akan mempengaruhi pada keputusan investor untuk
berinvestasi.
Berdasarkan uraian tersebut dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
H3 :
Kepemilikan Publik berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba
3. METODE PENELITIAN
3.1 Definisi
Operasional dan Pengukuran Variabel
3.1.1 Variabel Dependen (Y)
Variabel dependen
(variabel terikat)
merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya
variabel bebas (Sugiyono, 2013:61). Variabel dependen
dalam penelitian ini adalah manajemen laba yang diukur dengan revenue
discretionary model. Manajemen
laba adalah suatu kegiatan untuk mengatur laporan keuangan sesuai dengan
keinginan manajer yang bertujuan untuk menyesatkan para pemegang saham, stakeholder,
dan pembaca laporan keuangan dalam mengetahui kinerja perusahaan.
Variabel manajemen laba diuji dengan revenue discretionary model merupakan variabel dengan skala
nominal. Perusahaan yang melakukan manajemen laba diberi angka 1,
sedangkan perusahaan yang tidak melakukan manajemen laba diberi angka 0.
3.1.2 Variabel Independen (X)
a. Profitabilitas (X1)
Profitablitas menggambarkan kinerja yang dihasilkan oleh
suatu perusahaan pada satu periode waktu tertentu. Rasio profitabilitas merupakan
rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan. Rasio ini
juga memberikan ukuran tingkat efektivitas manajemen suatu perusahaan. Salah
satu rasio analisis yang digunakan untuk menggambarkan
profitabilitas perusahaan adalah net profit margin (NPM). Rumus NPM
sebagai berikut:
(Sumber: Ginantra dan
Putra, 2015)
b. Kepemilikan Manajerial (X2)
Kepemilikan manajerial merupakan proporsi kepemilikan saham
dari pihak
manajemen perusahaan meliputi manajer, dewan komisaris maupun dewan direksi.
Kepemilikan manajerial diukur dengan skala nominal, dimana kepemilikan
manajerial diberi angka 1 jika terdapat saham yang dimiliki oleh manajemen
perusahaan, dan angka 0 jika tidak terdapat saham yang dimiliki oleh manajemen
perusahaan (Asward dan Lina, 2015).
c. Kepemilikan Publik (X3)
Kepemillikan publik
akan menggambarkan jumlah saham yang beredar di masyarakat. Pengukuran untuk
kepemilikan publik dihitung dengan membandingkan saham yang dimiliki
publik dengan persentase kepemilikan kurang dari 5% dengan jumlah saham keseluruhan beredar
yang dapat dirumuskan sebagai berikut:
(Sumber: Ginantra dan Putra, 2015 )
3.2 Populasi dan Sampel
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,
2013:117). Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode penelitian yaitu tahun 2012-2014
yang terdiri dari 143 perusahaan. Dari populasi tersebut nantinya akan diambil sejumlah
perusahaan untuk dijadikan sampel penelitian.
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut (Sugiyono, 2013:118). Sampel penelitian
dipilih dengan menggunakan purposive sampling method yaitu pengambilan
sampel dipilih atas dasar kesesuaian karakteristik sampel dengan kriteria
pemilihan sampel yang telah ditetapkan. Kriteria sampel tersebut adalah:
a. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI secara
berturut-turut selama periode tahun 2012-2014
b. Perusahaan manufaktur yang laporan keuangannya
menggunakan mata uang Rupiah.
c. Perusahaan manufaktur yang memperoleh laba secara berturut-turut selama periode tahun 2012-2014
3.3 Jenis
dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif
berupa data dalam laporan keuangan perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2012, 2013 dan 2014. Sumber data
yang digunakan ini adalah data sekunder berupa laporan keuangan
perusahaan sampel yang diperoleh dari situs resmi Bursa Efek Indonesia
(http//www.idx.co.id)
dan ringkasan laporan keuangan perusahaan dalam ICMD 2015.
3.4.1
Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
dilakukan melalui dokumentasi, yaitu dengan mengumpulkan data sekunder berupa
laporan keuangan kuartalan dan laporan keuangan tahunan periode 2012, 2013, dan
2014 yang dipublikasikan oleh BEI melalui internet (www.idx.co.id) dan
ringkasan laporan keuangan dari ICMD 2015.
3.5 Analisis Data
Metode analisis yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis data kuantitatif dengan
menggunakan program SPSS (Statistical Package for Social Sciences) versi
23 sebagai alat untuk menguji data tersebut.
3.5.1 Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif merupakan
statistik
yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara menggambarkan atau
mendiskripsikan data menjadi sebuah informasi yang lebih jelas dan mudah untuk
dipahami. Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi
suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), median, modus, standar
deviasi, nilai maksimum dan minimum.
3.5.2
Uji Multikolinieritas
Pengukuran asumsi
klasik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji multikolinieritas. Uji
multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Model
regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi
antar variabel independennya. Uji multikolinieritas yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu menganalisis matrik korelasi variabel-variabel independen
jika korelasi antar variabel independen kurang dari 0,9 maka tidak ada gejala
multikolinieritas. Namun jika nilai korelasi lebih besar dari 0,9 maka terdapat
multikolinieritas.
3.5.3 Regresi Logistik
Model analisis yang digunakan dalam
penelitian ini adalah analisis regresi logistik. Pada
regresi logistik, variabel dependen (Y) menggunakan data kategorik (ordinal
atau nominal) dan variabel independennya (X) bisa berbentuk numerik (rasio atau
interval) dan atau data kategorik. Model ini dianggap tepat karena variabel
dependen (Y) dalam penelitian ini mengunakan skala nominal (Ghozali, 2016:321). Persamaan regresi logistik yang digunakan adalah sebagai berikut:
di
mana:
adalah variabel nominal manajemen laba (kategori 1 untuk perusahaan yang melakukan manajemen laba
dan kategori 0 untuk perusahaan yang tidak melakukan manajemen laba.
α adalah
konstanta
β adalah
koefisien regresi
X1 adalah
profitabilitas (NPM)
X2 adalah
kepemilikan manajerial (dummy)
X3 adalah
kepemilikan publik
e adalah
error
3.5.4 Uji hipotesis
Untuk
menjawab hipotesis penelitian, dilakukan beberapa metode analisis sebagai
berikut:
1. Menilai kelayakan model regresi
Kelayakan model regresi dinilai dengan
menggunakan Hosmer and Lemeshow’s Goodnes of Fit Test. Jika nilai Hosmer
and Lemeshow’s Goodness of Fit Test signifikan secara statistik pada α=0,05
maka model tidak mampu memprediksikan nilai observasinya.
2. Menilai Keseluruhan Model (Overall Model Fit)
Dalam menilai model fit dan
keseluruhan model (overall model fit) dapat dilkukan dengan beberapa cara
sebagai berikut:
a. Uji Model Fit (-2Log LikeHood)
Uji statistik model fit digunakan
berdasarkan fungsi likelihood pada estimasi model regresi. Penggunaan
nilai untuk keseluruhan model terhadap data dilakukan dengan membandingkan
nilai -2Log Likelihood awal (blok number = 0) dengan nilai -2Log Likelihood
akhir (blok number = 1). Apabila terjadi penurunan, maka model tersebut
menunjukkan model regresi yang baik.
b. Cox and Snell’s R square & Negelkerke’s R square
Cox and Snell’s R square merupakan ukuran yang mencoba meniru ukuran R square pada multiple
regression yang didasarkan pada teknik estimasi likelihood dengan
nilai maksimum kurang dari 1 sehingga sulit diinterprestasikan. Untuk
mendapatkan koefisien determinasi yang dapat diinterprestasikan seperti nilai
pada multiple regression, maka digunakan Negelkerke’s R square. Negelkerke’s R square merupakan modifikasi dari koefisien Cox and Snell’s R square untuk memastikan bahwa nilainya
bervariasi dari 0 sampai 1. Hal ini dilakukan dengan cara membagi nilai Cox
and Snell’s R square dengan nilai maksimumnya. Nilai Negelkerke’s R square dapat diinterpretasikan seperti nilai
R2 pada multiple regression (Ghozali, 2016:329).
3. Pengujian Signifikan Koefisien Regresi
Pengujian signifikan koefisien regresi
dilakukan untuk menguji seberapa jauh pengaruh satu variabel independen
terhadap variabel dependen. Koefisien regresi logistik dapat ditentukan dengan
menggunakan p-value (Probability value) dengan taraf signifikasi α=5%
atau 0,05. Kriteria menerima atau menolak hipotesis yang digunakan adalah:
a. Jika nilai probabilitas sig < α, maka hipotesis
diterima
b. Jika nilai probabilitas sig ≥ α, maka hipotesis ditolak
4. HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum
Perusahaan
Perusahaan manufaktur adalah perusahaan yang mengkombinasikan
fungsi mesin, peralatan dan tenaga kerja dalam suatu proses untuk mengubah
bahan mentah menjadi barang jadi yang siap dipasarkan (dijual). Perusahaan
manufaktur di Bursa Efek Indonesia (BEI) meliputi sektor industri dasar dan
kimia, sektor aneka industri, dan sektor barang konsumsi.
Data yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari
laporan keuangan kuartalan dan laporan keuangan tahunan yang diterbitkan oleh
Bursa Efek Indonesia (www.idx.co.id) serta ringkasan laporan keuangan dari ICMD 2015. Dari
data yang telah dikumpulkan tersebut kemudian dilakukan proses penyeleksian
sampel sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Berdasarkan
proses penyeleksian sampel tersebut diperoleh 68 perusahaan yang sesuai dengan kriteria yang telah
ditetapkan, sehingga total observasi penelitian selama tiga tahun berjumlah 204 data observasi.
4.2 Hasil Analisis Data
4.2.1 Perhitungan Manajemen Laba dengan Revenue Model
Setelah diperoleh sampel yang sesuai dengan kriteria yang
telah ditetapkan yaitu sebanyak 68 perusahaan, selanjutnya adalah menentukan rumus regresi revenue
model. Kemudian menghitung nilai residual (error) untuk menentukan
perusahaan melakukan manajemen laba atau tidak. Jika nilai residual kurang dari
-0,075 atau lebih dari 0,075 mengindikasikan perusahaan melakukan manajemen
laba, sedangkan jika nilai residual antara -0,075 sampai 0,075 maka perusahaan
dikategorikan sebagai perusahaan yang tidak melakukan manajemen laba
(Windharta, 2014). Hasil ringkasannya dapat dilihat pada tabel 4.1 sebagai berikut:
Tabel
4.1
Daftar
Status Manajemen Laba Perusahaan Sampel
Status
|
2012
|
2013
|
2014
|
Melakukan manajemen Laba
|
43
|
48
|
47
|
Tidak melakukan manajemen laba
|
25
|
20
|
21
|
Jumlah
|
68
|
68
|
68
|
Setelah memperoleh perusahan mana saja yang melakukan
manajemen laba, langkah selanjutnya adalah menguji pengaruh profitabilitas,
kepemilikan manajerial dan kepemilikan publik terhadap manajemen laba pada 68
perusahaan tersebut dengan melakukan analisis statistik deskriptif dan regresi
logistik menggunakan program SPSS versi 23.
4.2.2 Analisis Statistik Deskriptif
Hasil analisis statistik deskriptif
dari variabel-variabel yang diteliti dapat dilihat dalam tabel berikut:
Tabel 4.2
Analisis Statistik Deskriptif
|
N
|
Min.
|
Max.
|
Mean
|
Std.
Deviation
|
Y
|
204
|
0
|
1
|
.68
|
.469
|
X1
|
204
|
.001
|
.602
|
.097
|
.092
|
X2
|
204
|
0
|
1
|
.52
|
.501
|
X3
|
204
|
.010
|
.669
|
.266
|
.163
|
Valid N (listwise)
|
204
|
|
|
|
|
Berdasarkan tabel 4.2 dapat dijelaskan bahwa hasil uji statistik deskriptif
untuk 68 perusahaan manufaktur selama tiga tahun sehingga total observasi
penelitian berjumlah 204 perusahaan adalah nilai rata-rata manajemen laba
sebesar 0.68 yang berarti 68% dari jumlah data observasi perusahaan melakukan
manajemen laba dan sisanya tidak melakukan manajemen laba.
Hasil uji statistik deskriptif untuk
variabel profitabilitas adalah nilai rata-rata sebesar 0,097 dengan standar deviasi 0,092. Nilai terendah profitabilitas sebesar 0,001 dan nilai
tertinggi sebesar 0,602. Hal ini berarti perusahaan sampel memiliki
perbandingan laba bersih setelah pajak dan penjualan paling rendah sebesar 0,1%
dan memiliki perbandingan laba bersih setelah pajak dan penjualan paling tinggi sebesar 60,2% serta
perusahaan mempunyai rata-rata profitabilitas sebesar 9,7% dengan ukuran
penyebaran sebesar 0,092 dari 68 perusahaan sampel.
Hasil uji statistik deskriptif untuk
variabel kepemilikan manajerial adalah nilai rata-rata sebesar 0,52 yang
berarti bahwa 52% dari jumlah data observasi perusahaan mempunyai kepemilikan
manajerial (atau ada pihak manajemen yang memiliki saham perusahaan yang
beredar).
Hasil uji statistik deskriptif untuk
variabel kepemilikan publik adalah nilai rata-rata sebesar 0,266 dengan standar deviasi sebesar 0,163. Nilai terendah
kepemilikan publik sebesar 0,010 dan nilai tertinggi sebesar 0,669. Hal ini
berarti perusahaan sampel memiliki perbandingan jumlah saham yang dimiliki
publik dengan jumlah seluruh saham perusahaan yang beredar paling rendah
sebesar 1% dan paling tinggi sebesar 66,9% serta mempunyai rata-rata saham yang
dimiliki publik sebesar 26,6% dengan ukuran penyebaran 0,163 dari 68 perusahaan
sampel.
4.2.3 Uji Multikolinieritas
Uji mutikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen.
Berikut ini adalah tabel matrik
korelasi antar variabel independen:
Tabel
4.3
Matrik
Korelasi Antar Variabel Independen
|
Constant
|
X1
|
X2
|
X3
|
Constant
|
1.000
|
-.528
|
-.466
|
-.684
|
X1
|
-.528
|
1.000
|
.089
|
.104
|
X2
|
-.466
|
.089
|
1.000
|
.038
|
X3
|
-.684
|
.104
|
.038
|
1.000
|
Berdasarkan tabel 4.4 di atas, dapat disimpulkan bahwa
nilai koefisien korelasi ketiga variabel kurang dari 0,9 maka tidak ada
hubungan yang serius antar variabel independennya ( tidak ada
multikolinieritas).
4.2.4
Hasil Pengujian Koefisien Regresi
Logistik
Variabel dependen yaitu manajemen laba dalam penelitian
ini bersifat nominal (melakukan manajemen laba atau tidak melakukan manajemen
laba), sehingga pengujian hipotesis dari penelitian ini menggunakan regresi
logistik biner (binary logistic regression). Hasil pengujian model
fit seperti pada hasil output SPSS dapat diringkas sebagai berikut:
1.
Menilai Kelayakan Model
Regresi
Tabel 4.4
Hosmer and Lemeshow Test
Step
|
Chi-square
|
df
|
Sig.
|
1
|
8.961
|
8
|
.346
|
Berdasarkan tabel 4.5 di atas, hasil pengujian
menunjukkan nilai Chi-Square sebesar 8.961 dengan signifikan (nilai p) sebesar 0,346. Hasil tersebut berarti nilai p secara statistik tidak
signifikan pada α=0.05 atau 0,346 > 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa model mampu
memprediksi nilai observasinya.
2. Menilai Keseluruhan
Model (Overall Model Fit)
Dalam menilai model fit dan keseluruhan model (overall
model fit) dapat dilakukan dengan beberapa cara sebagai berikut:
a.
Uji model Fit (-2log
LikeHood)
Tabel 4.5
Uji Model Fit Block 0
Iteration
|
-2 Log
likelihood
|
Coefficients
|
Constant
|
Step 0
|
1
|
256.882
|
.706
|
2
|
256.837
|
.737
|
3
|
256.837
|
.738
|
Tabel 4.6
Uji model Fit Block 1
Iteration
|
-2 Log
likelihood
|
Coefficients
|
Constant
|
X1
|
X2
|
X3
|
Step 1
|
1
|
248.879
|
-.150
|
2.047
|
.243
|
1.999
|
2
|
248.523
|
-.250
|
2.529
|
.285
|
2.356
|
3
|
248.522
|
-.254
|
2.555
|
.287
|
2.370
|
4
|
248.522
|
-.254
|
2.555
|
.287
|
2.370
|
Dari tabel 4.5 dan tabel 4.6 dapat dilihat nilai -2Log likelihood awal sebesar
256.837 dan
setelah dimasukkan ketiga variabel independen, maka nilai -2Log likelihood
akhir mengalami penurunan sebesar 8.315 menjadi 248.522. Penurunan ini
menunjukkan model regresi yang lebih baik atau dengan kata lain model yang
dihipotesiskan fit dengan data.
b. Koefisien
Determinasi (Negelkerke’s R Square)
Tabel 4.8
Koefisien
Determinasi
Step
|
-2 Log likelihood
|
Cox & Snell R Square
|
Nagelkerke R Square
|
1
|
250.612a
|
.040
|
.056
|
Nilai Negelkerke’s R Square dalam pengujian ini
adalah sebesar 0,056 yang berarti
variabilitas variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel independen
adalah sebesar 5,6% dan sisanya
sebesar 94,4% dijelaskan oleh variabel-variabel di luar model
penelitian.
3. Pengujian
Signifikansi Koefisien Regresi
Tabel 4.9
Hasil Uji Regresi
Logistik
|
B
|
S.E.
|
Wald
|
df
|
Sig.
|
Exp(B)
|
Step 1a
|
X1
|
2.555
|
1.816
|
1.979
|
1
|
.159
|
12.878
|
X2
|
.287
|
.307
|
.875
|
1
|
.350
|
1.332
|
X3
|
2.370
|
.973
|
5.928
|
1
|
.015
|
10.693
|
Constant
|
-.254
|
.383
|
.441
|
1
|
.507
|
.775
|
Pada tabel 4.9 dapat terlihat bahwa nilai koefisien profitabilitas
sebesar 2,555, koefisien
kepemilikan manajerial sebesar 0,287, koefisien kepemilikan publik sebesar 2,370 dan konstanta sebesar -0.254. Dari pengujian regresi logistik ini diperoleh persamaan
regresi logistik sebagai berikut:
Persamaan regresi tersebut menunjukkan bahwa apabila
profitabilitas, kepemilikan manajerial dan kepemilikan publik bernilai konstan,
maka probabilitas perusahaan melakukan manajemen laba sebesar 0,775 (e-0,254).
Koefisien profitabilitas sebesar 2,555, hal ini dapat diartikan bahwa jika terjadi peningkatan
persentase profitabilitas maka probabilitas perusahaan melakukan manajemen laba
akan mengalami kenaikan sebesar 2,555 kali. Jika persentase
variabel profitabilitas mengalami peningkatan sementara variabel kepemilikan
manajerial dan kepemilikan publik adalah
konstan maka probabilitas perusahaan melakukan manajemen laba naik sebesar 12,878 (e2,555).
Koefisien kepemilikan manajerial sebesar 0,287, hal ini dapat diartikan bahwa jika ada kepemilikan
manajerial dalam perusahaan maka probabilitas perusahaan melakukan manajemen
laba akan mengalami peningkatan sebesar
0,287 kali. Jika ada
kepemilikan manajerial pada perusahaan sementara variabel profitabilitas dan
kepemilikan publik adalah konstan maka probabilitas perusahaan
melakukan manajemen laba naik sebesar 1,332 (e0,287).
Koefisien kepemilikan publik sebesar 2,370, hal ini dapat diartikan bahwa jika terjadi peningkatan
persentase kepemilikan publik maka probabilitas perusahaan melakukan manajemen
laba akan mengalami kenaikan sebesar 2,370 kali. Jika persentase
variabel kepemilikan publik mengalami peningkatan sementara variabel
profitabilitas dan kepemilikan manajerial adalah konstan maka probabilitas
perusahaan melakukan manajemen laba naik sebesar 10,693 (e2,370).
4.3 Pembahasan Hasil Pengujian Hipotesis
4.3.1 Pengaruh Profitabilitas Terhadap Manajemen
Laba
Berdasarkan
tabel
4.9 variabel profitabilitas menunjukkan koefisien regresi sebesar 2,555 dengan tingkat signifikan sebesar 0,159 yang berarti bahwa profitabilitas perusahan yang
diproksikan dengan NPM berpengaruh positif tetapi tidak signifikan karena nilai
signifikannya lebih besar dari 0,05. Penelitian ini membuktikan bahwa
profitabilitas tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap tindakan
manajemen laba. Dengan tingkat profitabilitas yang rendah tidak membuat
perusahaan melakukan manajemen laba, hal ini dikarenakan investor cenderung mengabaikan informasi NPM yang ada sehingga manajemen
pun menjadi tidak termotivasi melakukan manajemen laba melalui variabel
profitabilitas. Dengan demikian hipotesis pertama dalam penelitian ini
ditolak.
4.3.2 Pengaruh Kepemilikan Manajerial Terhadap
Manajemen Laba
Berdasarkan tabel 4.9 variabel kepemilikan manajerial
menunjukkan koefisien regresi sebesar 0,287 dengan tingkat signifikan sebesar
0,350 yang berarti bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh positif tetapi
tidak signifikan karena nilai signifikannya lebih besar dari 0,05. Penelitian
ini membuktikan bahwa kepemilikan manajerial tidak memberikan pengaruh yang
signifikan terhadap tindakan manajemen laba. Hal ini menandakan bahwa adanya
kepemilikan manajerial dalam perusahaan tidak serta merta menunjukkan insentif
manajer untuk melakukan manajemen laba. Hasil ini didukung dengan teori stewardship
yang memandang manajemen sebagai pihak yang dapat dipercaya untuk bertindak
sebaik-baiknya bagi kepentingan stakeholders. Dengan demikian hipotesis
kedua dalam penelitian ini ditolak.
4.3.3 Pengaruh Kepemilikan Publik Terhadap Manajemen
Laba
Berdasarkan tabel 4.9 variabel kepemilikan publik
menunjukkan koefisien regresi sebesar 2,370 dengan tingkat signifikan sebesar
0,015 yang berarti bahwa kepemilikan publik berpengaruh positif dan signifikan karena nilai signifikannya
lebih kecil dari 0,05. Penelitian ini membuktikan bahwa kepemilikan publik
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tindakan manajemen laba. Semakin
tinggi persentase kepemilikan publik maka semakin besar kemungkinan manajer
melakukan manajemen laba. Dengan demikian hipotesis ketiga dalam penelitian ini
diterima.
5.1 Simpulan
Berdasarkan analisis regresi logistik dan pembahasan yang
telah dikemukakan dalam bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
a. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa profitabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap
manajemen laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia.
b. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial tidak berpengaruh signifikan terhadap
manajemen laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia.
c. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa kepemilikan publik berpengaruh signifikan terhadap manajemen
laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil dan kesimpulan
penelitian yang diperoleh, maka penulis memberikan beberapa saran sebagai
berikut:
a. Bagi investor,
sebaiknya berhati-hati dalam menetapkan keputusan bisnis jangan hanya fokus
pada laba karena laba merupakan bagian laporan keuangan yang tidak dapat
dihindarkan dari manajemen laba, sehingga investor harus mempertimbangkan juga
informasi non keuangan.
b. Bagi perusahaan,
sebaiknya meningkatkan kinerja untuk mengelola perusahaan dengan lebih efektif
dan efisien tanpa melakukan manajemen laba, karena hal tersebut akan membuat
laporan keuangan yang dihasilkan menjadi bias dan tidak akurat untuk mengambil
keputusan.
c. Bagi peneliti
selanjutnya, agar menggunakan sampel perusahaan yang lebih banyak tidak hanya
perusahaan manufaktur saja, menambah variabel-variabel lain yang dapat
mempengaruhi manajemen laba, dan menggunakan proksi manajemen laba yang berbeda
seperti Conditional Revenue Model.
DAFTAR PUSTAKA
Agustia, Dian. 2013. Pengaruh Faktor
Good Corporate Governance, Free Cash Flow dan
Leverage terhadap
Manajemen Laba. Jurnal Akuntansi Keuangan, Vol. 15 No. 1, Hlm
27-42
Anton, FX. 2010. Menuju Teori Stewardship
Manajemen. Majalah Ilmiah Informatika, Vol.1 No. 2 Mei, Universitas AKI
Semarang
Asward, Ismalia dan Lina. 2015. Pengaruh
Mekanisme Corporate Governance terhadap Manajemen Laba dengan Pendekatan
Conditional Revenue Model. Jurnal Manajemen Teknologi, Vol.14, No. 1
Dechow, P.M., Sloan R.G., Sweeney
A.P. 1995. Detecting Earnings Management. The Accounting
Review, 70 (2):193-225
Dwikusumowati, Meriam
Salsabila dan Shiddiq Nur Rahardjo. 2013. Pengaruh Karakteristik Komite Audit
dan Karakteristik Perusahaan Terhadap Manajemen Laba. Diponegoro Journal of
Accounting. Volume 2, Nomor 4.
Ghozali, Imam. 2016.
Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 23. Edisi 8. Badan penerbit Universitas
Diponegoro, Semarang
Ginantra, I Komang Gede
dan I Nyoman W.A Putra. 2015. Pengaruh Profitabilitas, Leverage, Ukuran
Perusahaan, Kepemilikan Publik, Dividend Payout Ratio Dan Net Profit Margin
Pada Perataan Laba. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana 10.2, Hlm
602-617
Indonesian Capital Market
Directory (ICMD). 2015.
Jamaan. 2008. Pengaruh
Mekanisme Corporate Governance dan Kualitas Kantor Akuntan Publik terhadap
Intregritas Informasi Laporan Keuangan. Tesis. Universitas Diponegoro
Semarang
Jensen, M.C and Meckling,
W.H 1976.Theory Of The Firm: Manajerial Behavior, Agency Casts And Ownership
Structure. Journal Of Financial Economics, October, 1976 Vol. 3 No. 4
Pp. 305-360. Sumber, Http//Papers.Ssrn.Com
Jones, J.J. 1991. Earnings
Management During Import Relief Invistagions. Journal Of Accounting Research,
29 (2), 193-228
Midiastuty, Pratana Puspa
dan Mas’ud Machfoedz. 2003. Analisis Hubungan Mekanisme Corporate Governance
dan Indikasi Manajemen Laba. SNA 6 Surabaya, 16-17 Oktober
Noviana, Sindi Retno dan Etna Nur Afri Yuyetta.
2011. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Praktik
Perataan Laba (Studi Empiris Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI
Periode 2006-2010). Jurnal Akuntansi & Auditing. Volume 8, no. 1
November 2011:1-94
Purwandari, Indri Wahyu.
2011. Analisis Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance, Profitabilitas,
dan Leverage terhadap Praktik Manajemen Laba. Skripsi. Universitas
Diponegoro, Semarang
Rahmawati, Yacob Suparno, dan
Nurul Qomariyah. 2006. Pengaruh Asrimetri Informasi Terhadap Praktik
Manajemen Laba pada Perusahaan Perbankan Publik yang Terdaftar di Bursa Efek
Jakarta. SNA IX, Padang
Scott, William R. 2009. Financial
Accounting Theory. Fifth Edition. Canada Prentice Hall
Stubben, Stephen R. 2010.
Discretionary Revenues as a Measure of Earnings Management. The Accouting
Review. Vol. 85 No. 2 pp. 695-717
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan.
Alfabeta. Bandung
Sulistiyanto, Sri. 2008. Manajemen
Laba: Teori dan Model Empiris. Penerbit Grasindo, Jakarta
Windharta, Sepriahangga
Wahyu. 2014. Pengaruh Manajemen Laba Akrual dengan Pendekatan Revenue
Discretionary Model terhadap Kinerja Perusahaan. Trikonomika, Vol. 13
No. 1 Hal. 108-118
Zeptian, Andra dan Abdul
Rohman. 2013. Analisis Pengaruh Penerapan Corporate Governance, Struktur
Kepemilikan dan Ukuran Perusahaan terhadap Manajemen Laba pada Perbankan. Diponegoro
Journal of Accounting. Volume 2, Nomor 4.