Saturday 23 July 2016

Menyusun Daftar Akun dalam MYOB

MYOB membagi akun dalam dua bagian yaitu akun yang digunakan sebagai total dari suatu kelompok akun yang disebut dengan HEADER, dan akun yang merupakan bagian dari akun header yang akan digunakan sebagai pos penampung suatu transaksi yang disebut dengan akun DETAIL, akun inilah yang akan digunakan sebagai penampung buku besar.
Membuka Daftar akun bisa dilalukan dengan cara:
Pertama dari Command Centre: Buka menu command Centre Pilih Accounts kemudian pilih Account List.
Cara Kedua dari menu Utama: Pilih List kemudian pilih Accounts.
Tipe akun dalam MYOB:
- Asset didahului dengan nomor 1-xxxx
- Liability didahului dengan nomor 2-xxxx
- Equity didahului dengan nomor 3-xxxx
- Income didahului dengan nomor 4-xxxx
- Cost of Sales didahului dengan nomor 5-xxxx
- Expense didahului dengan nomor 6-xxxx
- Other Income didahului dengan nomor 8-xxxx
- Other Expense didahului dengan nomor 9-xxxx


Menggantikan Akun yang Sudah Ada
MYOB telah menyediakan akun yang sudah langsung ada saat kita membuat data file perusahaan baru. Akun teraebut sudah disediakan otomatis dan akun tersebut nantinya akan digunakan MYOB sebagai default untuk transaksi yang sifatnya pasti ada di perusahaan. Akun tersebut ada yang bisa dihapus dan yang tidak bisa dihapus. Akun yang tidak bisa dihapus bisa diganti ke nomor dan nama lain. Akun yang sudah disediakan tersebut adalah sebagai berikut:
  • Cheque Account. Akun ini sama sifatnya dengan kas, sebagai default untuk mencatat transaksi penerimaan kas dan pengeluaran kas. Akun ini tidak bisa dihapus hanya bisa diganti ke nomor dan nama lain, misalnya menjadi nama Cash/kas atau Cash in Bank.
  • Undeposited Fund. Akun ini digunakan sebagai akun temporer (sementara) saat kita menerima pembayaran dari pelanggan berupa cek/giro yang belum jatuh tempo. Saat penerimaan cek/giro tersebut qkan dicatat mengurangi piutang, tetapi belum menjadi kas. akun ini tidak dapat dihapus, hanya bisa diganti ke nomor dan nama lain.
  • Trade Debtors. Akun ini digunakan untuk menampung transaksi penjualan kepada para pelanggan. Akun ini tidak dapat dihapus, hanya bisa diganti ke nomor dan nama lain, misalnya Account Receivable/ Piutang Dagang/ Piutang Usaha.
  • Trade Creditors. Akun ini digunakan untuk menampung transaksi pembelian kepada para pemasok. Akun ini tidak bisa dihapus hanya bisa diganti ke nomor dan nama lain, misalnya Account Payable/ Utang Dagang/ Utang Usaha.Payroll Liabilities. Akun ini digunakan sebagai penampung utang atas gaji/upah yang belum dibayarkan kepada para karyawan. Akun ini dapat dihapus atau diganti nomor dan nama lain misalnya Salaries Payable/ Utang Gaji
  • Retained Earning. Akun ini digunakan sebagai penampung laba periode berjalan setelah suatu file ditutup buku tahunan. Semua laba-rugi periode berjalan akan dipindahkan ke akun Retained Earning ini saat proses tutup buku dilakukan. Akun ini tidak bisa dihapus hanya bisa diganti ke nomor dan nama lain. misalnya untuk perusahaan perorangan diganti menjadi modal pemilik, untuk koperasi diganti dengan Sisa Hasil Usaha, Untuk perusahaan perseroan diganti dengan Laba ditahan.
  • Current Year Earning. Akun ini akan digunakan sebagai penampung laba/rugi periode berjalan. selisih antara pendapatan densgn harga pokok dan beban dalam satu periode akan ditampung dalam akun current earning dan nilainya akan ditampilkan pada posisi neraca di bagian equity. akun ini tidak bisa dihapus hanya bisa difanti ke nomor dan nama lain misalnya Laba Periode Berjalan.
  • Historical Balancing. Akun ini digunakan sebagai penyeimbang saldo awal yang dimasukkan ke neraca. jika neraca awal yang kira masukkan dari menu Setup > Balance > Account Opening Balance ada selisih antara harta, utang dan modal maka selisih ini akan dimasukkan ke akun historical balance karena prinsip akuntansi harus balance setiap transaksi. akun ini tidak bisa dihapus hanya bisa diganti dengan nomor dan nama lain.
  • Wages Salaries. akun ini digunakan untuk menampung gaji karyawan. akun ini bisa dihapus.
  • Others Employer Expense. Akun ini digunakan untuk menampung gaji/upah karyawan selain gaji yang sudah dicatat ke dalam akun Wages Salaries. Akun ini dapat dihapus.

Friday 22 July 2016

Contoh Penyusunan Jurnal untuk Skripsi Akuntansi Kuantitatif

PENGARUH PROFITABILITAS, KEPEMILIKAN MANAJERIAL DAN KEPEMILIKAN PUBLIK TERHADAP MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR
DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)

Siti Hidayah
Program Studi S1 Akuntansi Reguler, Fakultas Ekonomi dan Bisnis,
Universitas Mulawarman, Samarinda.

ABSTRACT
This study aims to provide empirical evidence about the effect of profitability, managerial ownership and public ownership of the earnings management in companies listed on the Indonesian Stock Exchange (BEI). The dependent variable in this research that earnings management as measured by revenue models by using a nominal scale. The independent variables in this study is profitability, as measured by net profit margin (NPM), managerial ownership is measured with a nominal scale and public ownership as measured by the percentage of shares owned by the public company with ownership interest below 5% of all shares outstanding.
The population in this research is manufacturing companies listed in Indonesia Stock Exchange (BEI). The sample is determined by purposive sampling method as much as 68 manufacturing companies during 2012-2014. Source of data used in the form of financial statements and annual reports obtained from the website of the Stock Exchange (www.idx.co.id) as well as a summary of the financial statements of ICMD 2015. The data were analyzed by logistic regression using SPSS 23.
The research result is profitability and managerial ownership has no significant effect on earnings management, and public ownership of a significant effect on earnings management in companies listed on the Indonesian Stock Exchange (BEI).
Keywords:  Profitability, Managerial Ownership, Public Ownership, Earnings Management

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk memberikan bukti empiris mengenai pengaruh profitabilitas, kepemilikan manajerial dan kepemilikan publik terhadap manajemen laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Variabel dependen dalam penelitian ini yaitu manajemen laba yang diukur dengan revenue model dengan menggunakan skala nominal. Variabel independen dalam penelitian ini yaitu profitabilitas yang diukur dengan net profit margin (NPM), kepemilikan manajerial yang diukur dengan skala nominal dan kepemilikan publik yang diukur dengan persentase saham perusahaan yang dimiliki publik dengan kepemilikan dibawah 5% terhadap seluruh saham perusahaan yang beredar.
Populasi dalam penelitian ini yaitu perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Sampel ditentukan berdasarkan metode purposive sampling sebanyak 68 perusahaan manufaktur selama 2012-2014. Sumber data yang digunakan berupa laporan keuangan dan laporan tahunan yang diperoleh dari website BEI (www.idx.co.id) serta ringkasan laporan keuangan dari ICMD 2015. Teknik analisis data dengan menggunakan regresi logistik dengan menggunakan program SPSS 23.
Hasil penelitian yaitu profitabilitas dan kepemilikan manajerial tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba, dan kepemilikan publik berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Kata Kunci: Profitabilitas, Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Publik, Manajemen Laba


1. PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakang
Peningkatan pertumbuhan ekonomi di suatu negara didukung dengan berkembangnya dunia bisnis. Setiap perusahaan membutuhkan tambahan dana dari pihak luar perusahaan guna kelangsungan hidup perusahaan tersebut. Oleh karena itu terjadi persaingan yang ketat antar perusahaan untuk tetap bertahan dan mampu bersaing serta dapat menarik investor yang bersedia memberikan dana. Dalam hal itu perusahaan diwajibkan menunjukkan kinerja yang baik dan sehat dengan memberikan informasi yang terdapat pada laporan keuangan perusahaan. Selain itu juga menghindari cara-cara menciptakan keuntungan sesaat dan lebih mengutamakan kelangsungan hidup perusahaan serta kepentingan para pemangku  kepentingan.
Gambaran mengenai kinerja perusahaan selama satu periode tertuang pada laporan keuangan. Para pengguna laporan keuangan selalu menitikberatkan pada tingkat laba perusahaan karena dapat menunjukkan prestasi manajemen dalam mengelola perusahaan serta sebagai indikator dalam pengukuran kinerja manajemen. Apabila tingkat laba yang diinginkan tidak dapat tercapai maka terdapat kemungkinan adanya tindakan manajemen laba.
Berdasarkan teori agensi manajemen laba yang dilakukan oleh manajer tersebut timbul karena keinginan untuk meningkatkan kinerja perusahaan dengan laba besar serta adanya masalah keagenan yaitu konflik kepentingan antara pemilik/pemegang saham (principal) dengan pengelola/manajemen (agent) akibat tidak bertemunya utilitas maksimal di antara mereka. Tetapi berdasarkan teori stewardship, tindakan manajemen laba dilakukan untuk kepentingan publik dan stakeholders.
Praktik manajemen laba sudah pernah terjadi di Indonesia, seperti kasus PT Kimia Farma,Tbk yang melaporkan laporan keuangan yang berbeda kepada publik dan kepada Bursa Efek Jakarta (sekarang BEI) dengan sengaja (Purwandari,2011). PT Waskita Karya yang memalsukan keuangan perusahaan sebesar 475 milyar, Direksi PT Waskita Karya merekayasa keuangan sejak tahun buku 2004-2008 dengan memasukkan proyeksi pendapatan proyek multi tahun ke depan sebagai pendapatan tertentu. (sumber: detikfinance.com)
Laba merupakan komponen yang berasal dari selisih antara pendapatan dengan beban atau biaya. Pendapatan dan beban dapat dijadikan sebagai sasaran manajemen untuk mengelola laba. Berbagai macam model pendeteksian manajemen laba dapat digunakan untuk mengukur manajamen laba dalam sebuah perusahaan antara lain Jones Model, Modified Jones Model, Dechow-Dichev Model, Performance-Matched Modified Model, Revenue Model dan sebagainya. Jones model merupakan model pendeteksi manajemen laba pertama yang diperkenalkan oleh Jones (1991) yang kemudian dikembangkan oleh Dechow et al. (1995) yang dikenal dengan modified Jones model.
Menurut Stubben (2010) terdapat beberapa kelemahan dari modified Jones model yang diungkap seperti estimasi cross-sectional yang secara tidak langsung mengasumsikan bahwa perusahaan dalam industri yang sama menghasilkan proses akrual yang sama. Selain itu, model akrual juga tidak menyediakan informasi untuk komponen mengelola laba perusahaan di mana model akrual tidak membedakan peningkatan diskresioner pada laba melalui pendapatan atau komponen beban. Melihat kelemahan dari penelitian mengenai manajemen laba, Stubben (2010) mengembangkan model yang menggunakan komponen utama pendapatan yaitu piutang untuk memprediksi manajemen laba. Penelitian tersebut memberikan bukti bahwa revenue discretionary model biasnya lebih rendah, lebih spesifik, dan lebih kuat daripada model akrual. Penggunaan revenue discretionary model dalam mendeteksi manajemen laba juga dapat diterapkan pada perusahaan di Indonesia, namun belum banyak penelitian yang menggunakan model ini karena merupakan model baru yang dapat digunakan dalam mendeteksi manajemen laba.
Profitabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasikan laba selama satu periode waktu tertentu. Pada umumnya nilai profitabilitas suatu perusahaan dapat digunakan sebagai indikator untuk mengukur kinerja suatu perusahaan. Keterkaitan antara profitabilitas dengan manajemen laba adalah ketika profitabilitas yang diperoleh perusahaan kecil pada periode waktu tertentu akan memicu perusahaan untuk melakukan manajemen laba dengan cara meningkatkan pendapatan yang diperoleh sehingga akan memperlihatkan kinerja perusahaan yang baik dan dapat mempertahankan investor yang ada.
Saham perusahaan dapat dimiliki oleh pihak manajemen maupun publik. Dengan adanya beberapa pihak yang memiliki saham perusahaan sehingga terjadi perbedaan kepentingan. Menurut Jensen (1976) hipotesis pemusatan kepentingan menyatakan bahwa kepemilikan saham manajerial dapat membantu penyatuan kepentingan antara pemegang saham dengan manajer. Semakin meningkat proporsi kepemilikan saham manajerial maka semakin baik kinerja perusahaan. Pemusatan kepentingan dapat dicapai dengan memberikan kepemilikan saham kepada manajer. Jika manajer memiliki saham perusahaan, mereka akan memiliki kepentingan yang sama dengan dengan pemilik sehingga dapat mengurangi konflik keagenan. Jika konflik keagenan dapat dikurangi manajer termotivasi untuk meningkatkan kinerja perusahaan dan mengurangi hambatan kontraktual.
Kepemilikan publik akan menggambarkan jumlah saham yang beredar di masyarakat. Proporsi yang besar atas kepemilikan saham oleh publik akan berakibat pada tingkat kepercayaan dari para investor terhadap perusahaan tinggi, maka manajemen cenderung melakukan manajemen laba agar dapat meningkatkan laba dan kinerja perusahaan yang baik (Nur’aeni, 2010).
Objek penelitian ini adalah perusahaan manufaktur. Perusahaan manufaktur dipilih karena merupakan mayoritas perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yaitu lebih dari 25 persen dari  jumlah perusahaan yang terdaftar di BEI. Hal ini menempatkan perusahaan manufaktur sebagai tujuan investasi yang menjanjikan bagi investor yang kemudian kemungkinan dapat mendorong adanya praktik manajemen laba.
1.2    Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan, maka permasalahan dalam penelitian ini adalah:
1.   Apakah profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?
2.   Apakah kepemilikan manajerial berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?
3.   Apakah kepemilikan publik berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?
1.3    Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk:
a.     Menganalisis atau memberikan bukti empiris mengenai pengaruh profitabilitas terhadap manajemen laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
b.    Menganalisis atau memberikan bukti empiris mengenai pengaruh kepemilikan manajerial terhadap manajemen laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
c.     Menganalisis atau memberikan bukti empiris mengenai pengaruh kepemilikan publik terhadap manajemen laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
1.4    Manfaat penelitian
a.      Manfaat Teoritis
-  Untuk menambah pengetahuan dan wawasan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi manajemen laba pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, sehingga diharapkan dapat menambah literatur tentang manajemen laba.
-  Sebagai bahan pembanding bagi penelitian terdahulu sekaligus sumber referensi dan informasi bagi penelitian-penelitian selanjutnya
b.    Manfaat Praktis
-  Sebagai bahan pertimbangan bagi manajemen untuk mengungkapkan manajemen laba yang dilakukan oleh perusahaan sehingga dapat membantu stakeholder dalam mendapatkan informasi yang lengkap mengenai perusahaan
-  Memberikan masukan kepada investor bahwa manajemen laba pada perusahaan dapat dijadikan salah satu informasi dalam kaitannya dengan pengambilan keputusan investasi
2. DASAR TEORI
2.1   Teori Agensi (Agency Theory)
Agency theory menguraikan hubungan antara prinsipal dan agen, dimana prinsipal adalah pihak yang memberikan mandat kepada pihak agen. Prinsipal mendelegasikan tanggung jawab pengambilan keputusan kepada agen di mana hak dan kewajiban kedua belah pihak diuraikan dalam suatu perjanjian kerja yang saling menguntungkan (Anton, 2010).
Dengan hal ini terdapat dua kepentingan yang berbeda di dalam perusahaan di mana masing-masing pihak berusahaan untuk mencapai kemakmuran yang dikehendaki, sehingga terjadi asimetri informasi antara manajemen dengan pemilik yang dapat memberikan kesempatan kepada manajer untuk melakukan manajemen laba dalam rangka menyesatkan prinsipal mengenai kinerja ekonomi perusahaan.
2.2    Stewardship Theory
Stewardship theory menggambarkan hubungan antara pemegang saham (principal) dan manajer (steward) (Anton, 2010). Teori ini memiliki asumsi bahwa kepentingan personal antara manajer dan pemegang saham dapat diselaraskan melalui pencapaian tujuan organisasi. Apabila terdapat perbedaan kepentingan antara principal dan steward, steward akan menjunjung tinggi nilai kebersamaan sehingga tujuan perusahaan dapat dicapai (Anton, 2010). Pada dasarnya karyawan ingin melakukan pekerjaan dengan baik untuk menjadi pengelola yang baik dalam perusahaan.
2.3    Signalling Theory
Signaling theory mengemukakan tentang bagaimana seharusnya sebuah perusahaan memberikan sinyal kepada pengguna laporan keuangan. Sinyal ini berupa informasi mengenai apa yang sudah dilakukan oleh manajemen untuk merealisasikan keinginan pemilik. Sinyal dapat berupa promosi atau informasi lain yang menyatakan bahwa perusahaan tersebut lebih baik daripada perusahaan lain (Jamaan, 2008).
2.4    Manajemen Laba
Manajemen laba (earnings management) dilakukan dengan mempermainkan komponen-komponen akrual dalam laporan keuangan, sebab akrual merupakan komponen yang mudah untuk dipermainkan sesuai dengan keinginan orang yang melakukan pencatatan transaksi dan menyusun laporan keuangan. Alasannya, komponen akrual merupakan komponen yang tidak memerlukan bukti kas secara fisik sehingga upaya mempermainkan besar kecilnya komponen akrual tidak harus disertai dengan kas yang diterima atau dikeluarkan perusahaan (Sulistyanto, 2008).
Ada dua perspektif penting yang dapat digunakan untuk menjelaskan mengapa manajemen laba dilakukan oleh manajer, yaitu perspektif informasi dan oportunis. Perspektif informasi merupakan pandangan yang menyarankan bahwa manajemen laba merupakan kebijakan manajerial untuk mengungkapkan harapan pribadi manajer tentang arus kas perusahaan dimasa depan. Upaya mempengaruhi informasi itu dilakukan dengan memanfaatkan kebebasan memilih, menggunakan, dan mengubah metode dan prosedur akuntansi. Perspektif oportunis merupakan pandangan yang menyatakan bahwa manajemen laba merupakan perilaku manajer untuk mengelabui investor dan memaksimalkan kesejahteraannya karena memiliki informasi lebih banyak dibandingkan pihak lain (Sulistyanto, 2008). 
2.4.1  Faktor-faktor Pendorong Manajemen Laba
Menurut Watts dan Zimmerman dalam Sulistyanto (2008) pengelompokan ini sejalan dengan tiga hipotesis utama dalam teori akuntansi positif (positive accounting theory) yang menjadi dasar pengembangan pengujian hipotesis untuk mendeteksi manajemen laba, yaitu:
1.      Bonus plan hypothesis
Manajemen akan memilih metode akuntansi yang memaksimalkan utilitasnya yaitu bonus yang tinggi. Manajer perusahaan yang memberikan bonus besar berdasarkan earnings lebih banyak menggunakan metode akuntansi yang meningkatkan laba yang dilaporkan. 
2.      Debt covenant hypothesis
Dalam konteks perjanjian hutang, manajer akan mengelola dan mengatur labanya agar kewajiban hutangnya yang seharusnya diselesaikan pada tahun tertentu dapat ditunda untuk tahun berikutnya. Hal ini untuk menjaga reputasi mereka dalam pandangan pihak eksternal.
3.      Political cost hypothesis
Dalam hipotesis ini dikatakan bahwa perusahaan besar cenderung menggunakan metode akuntansi yang dapat mengurangi laba periodiknya dibandingkan di perusahaan kecil.  
2.4.2 Teknik dan Pola Manajemen Laba
Menurut Scott (2009:406) pola manajemen laba dapat lakukan dengan cara:
1. Taking a Bath
Pola ini terjadi pada saat reorganisasi termasuk pengangkatan CEO baru dengan melaporkan kerugian dalam jumlah besar. Tindakan ini diharapkan dapat meningkatkan laba di masa datang.
2.  Income Minimization
Dilakukan pada saat perusahaan mengalami tingkat laba yang tinggi sehingga jika laba pada periode mendatang diperkirakan turun drastis dapat diatasi dengan mengambil laba periode sebelumnya.
3.  Income Maximization
Dilakukan pada saat laba menurun. Tindakan atas income maximization bertujuan untuk melaporkan net income yang tinggi untuk tujuan bonus yang lebih besar. Pola ini dilakukan oleh perusahaan yang melakukan pelanggaran perjanjian hutang.
4.  Income Smoothing
Dilakukan perusahaan dengan cara meratakan laba yang dilaporkan sehingga dapat mengurangi fluktuasi laba yang terlalu besar karena pada umumnya investor lebih menyukai laba yang relatif stabil.
Teknik dan pola manajemen laba menurut Setiawati dan Na’im (2000) dalam Rahmawati dkk. (2006) dapat dilakukan dengan tiga teknik yaitu:
a.     Memanfaatkan peluang untuk membuat estimasi akuntansi.
b.    Mengubah metode akuntansi.
c.     Menggeser periode biaya atau pendapatan.
2.4.3     Pegukuran manajemen laba
Manajemen laba diproksikan dengan Revenue Discretionary Model. Rumus revenue discretionary model sebagai berikut:
(Sumber: Stubben, 2010)
di mana:
AR        adalah piutang akhir tahun
α          adalah konstanta
β          adalah koefisien regresi
∆          adalah perubahan tahunan
R1_3     adalah pendapatan pada tiga kuartal pertama
R4        adalah pendapatan pada kuartal keempat
ԑ           adalah error
Jika nilai residual manajemen laba ada diantara -0,075 sampai 0,075 berarti perusahaan digolongkan sebagai perusahaan yang tidak melakukan manajemen laba. Sebaliknya, jika nilai residual kurang dari (<) -0,075 atau lebih dari (>) 0,075 maka perusahaan digolongkan sebagai perusahaan yang melakukan manajemen laba (Windharta, 2014).
2.5    Profitabilitas
Profitabilitas merupakan suatu indikator kinerja yang dilakukan manajemen dalam mengelola kekayaan perusahaan yang ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan. Salah satu rasio analisis yang digunakan untuk mengambarkan profitabilitas perusahaan adalah Net Profit Margin (NPM). NPM menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih setelah dipotong pajak. NPM digunakan untuk mengukur rupiah laba yang dihasilkan oleh setiap satu rupiah penjualan. NPM mengukur seluruh efisiensi, baik administrasi, produksi, penentuan harga, pemasaran, pendanaan maupun manajemen pajak (Ginantra dan Putra, 2015). Rumus NPM sebagai berikut:
(Sumber: Ginantra dan Putra, 2015)
2.6   Kepemilikan Manajerial
Dari sudut pandang teori akuntansi, manajemen laba sangat ditentukan oleh motivasi manajer perusahaan. Motivasi yang berbeda akan menghasilkan besaran yang berbeda pula, seperti antara manajer yang juga sekaligus sebagai pemegang saham dan manajer yang tidak sebagai pemegang saham. Dua hal tersebut akan mempengaruhi manajemen laba, sebab kepemilikan seorang manajer akan ikut menentukan kebijakan dan pengambilan keputusan terhadap metode akuntansi yang diterapkan pada perusahaan yang dikelolanya. 
Gideon (2005) dalam Zeptian dan Rohman (2013) menyatakan kepemilikan manajerial merupakan persentase kepemilikan saham dari manajemen perusahaan meliputi manajer, dewan komisaris maupun dewan direksi. Kepemilikan manajerial dapat diukur dengan skala nominal  di mana diberi nilai 1 jika dalam perusahaan ada pihak manajemen yang memiliki saham perusahaan, dan diberi nilai 0 jika tidak ada pihak manajemen yang memiliki saham perusahan (Asward dan Lina, 2015).
2.7  Kepemilikan Publik
Proporsi kepemilikan publik tinggi dalam suatu perusahaan membuat manajemen harus selalu dituntut untuk menunjukkan kredibilitas yang baik dengan cara menampilkan performa laporan keuangan yang sesuai dengan keinginan investor seperti menstabilkan rasio-rasio keuangan yang dapat mempengaruhi keputusan investor.
Pengukuran untuk kepemilikan publik dihitung dengan membandingkan saham yang dimiliki publik dengan kepemilikan kurang dari 5% dengan jumlah saham perusahaan yang beredar yang dapat dirumuskan sebagai berikut:
(Sumber: Ginantra dan Putra, 2015 )
2.8   Kerangka Konsep
Berdasarkan landasan teori dan hasil penelitian sebelumnya serta permasalahan yang dikemukakan, maka sebagai acuan untuk merumuskan hipotesis, berikut disajikan pemikiran teoris yang yang dituangkan dalam model penelitian seperti yang ditunjukkan pada gambar berikut:
Gambar 2.1
Kerangka Konsep


 
2.9   Pengembangan Hipotesis       
2.9.1 Pengaruh Profitabilitas Terhadap Manajemen Laba 
Pada penelitian Dwikusumowati dan Rahardjo (2013) menyatakan bahwa profitabilitas memiliki pengaruh pengaruh positif terhadap manajemen laba artinya semakin tinggi profitabilitas perusahaan maka semakin tinggi kecenderungan perusahaan melakukan tindakan manajemen laba. Tetapi berbeda dengan hasil penelitian Ginantra dan Putra (2015) dan Gunawan, dkk (2015) menyatakan bahwa profitabilitas tidak mempengaruhi manajemen laba.
Berdasarkan uraian tersebut dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
H1 : Profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba
2.10.2   Pengaruh Kepemilikan Manajerial Terhadap Manajemen Laba
Besar kecilnya jumlah kepemilikan saham manajerial dalam perusahaan dapat mengidentifikasikan adanya kesamaan kepentingan antara manajemen dengan pemegang saham. Artinya semakin besar kepemilikan manajerial maka semakin rendah  kecenderungan pihak manajemen melakukan praktik manajemen laba karena manajer merasa ikut mempunyai perusahaan (Sudibyo dan Sabeni, 2013).
Berdasarkan uraian tersebut dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
H2 : Kepemilikan Manajerial berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba
2.10.3   Pengaruh Kepemilikan Publik Terhadap Manajemen Laba   
Dalam penelitian Ginantra dan Putra (2015) menyatakan bahwa proporsi kepemilikan publik yang tinggi dalam suatu perusahaan harus selalu dituntut untuk menunjukkan kredibilitas yang baik dengan cara menampilkan performa laporan keuangan yang sesuai dengan keinginan investor seperti menstabilkan rasio-rasio keuangan yang dapat mempengaruhi keputusan investor. Hal ini dilakukan agar investor mau terus menginvestasikan dana pada perusahaan, karena kondisi tersebut manajemen cenderung melakukan manajemen laba agar selalu dapat menampilkan kinerja yang terbaik dalam perusahaan. Kinerja perusahaan yang selalu baik akan mempengaruhi pada keputusan investor untuk berinvestasi.
Berdasarkan uraian tersebut dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
H3 : Kepemilikan Publik berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba

3. METODE PENELITIAN
3.1        Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
3.1.1     Variabel Dependen (Y)
Variabel dependen (variabel terikat) merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2013:61). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah manajemen laba yang diukur dengan revenue discretionary model. Manajemen laba adalah suatu kegiatan untuk mengatur laporan keuangan sesuai dengan keinginan manajer yang bertujuan untuk menyesatkan para pemegang saham, stakeholder, dan pembaca laporan keuangan dalam mengetahui kinerja perusahaan.
Variabel manajemen laba diuji dengan revenue discretionary model merupakan variabel dengan skala nominal. Perusahaan yang melakukan manajemen laba diberi angka 1, sedangkan perusahaan yang tidak melakukan manajemen laba diberi angka 0.
3.1.2     Variabel Independen (X)
a.      Profitabilitas (X1)
Profitablitas menggambarkan kinerja yang dihasilkan oleh suatu perusahaan pada satu periode waktu tertentu. Rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan. Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektivitas manajemen suatu perusahaan. Salah satu rasio analisis yang digunakan untuk menggambarkan profitabilitas perusahaan adalah net profit margin (NPM). Rumus NPM sebagai berikut:
(Sumber: Ginantra dan Putra, 2015)
b.      Kepemilikan Manajerial (X2)
Kepemilikan manajerial merupakan proporsi kepemilikan saham dari pihak manajemen perusahaan meliputi manajer, dewan komisaris maupun dewan direksi.
Kepemilikan manajerial diukur dengan skala nominal, dimana kepemilikan manajerial diberi angka 1 jika terdapat saham yang dimiliki oleh manajemen perusahaan, dan angka 0 jika tidak terdapat saham yang dimiliki oleh manajemen perusahaan (Asward dan Lina, 2015).
c.      Kepemilikan Publik (X3)
Kepemillikan publik akan menggambarkan jumlah saham yang beredar di masyarakat. Pengukuran untuk kepemilikan publik dihitung dengan membandingkan saham yang dimiliki publik dengan persentase kepemilikan kurang dari 5% dengan jumlah saham keseluruhan beredar yang dapat dirumuskan sebagai berikut:
(Sumber: Ginantra dan Putra, 2015 )
3.2  Populasi dan Sampel
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2013:117). Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode penelitian yaitu tahun 2012-2014 yang terdiri dari 143 perusahaan. Dari populasi tersebut nantinya akan diambil sejumlah perusahaan untuk dijadikan sampel penelitian.
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2013:118). Sampel penelitian dipilih dengan menggunakan purposive sampling method yaitu pengambilan sampel dipilih atas dasar kesesuaian karakteristik sampel dengan kriteria pemilihan sampel yang telah ditetapkan. Kriteria sampel tersebut adalah:
a.      Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI secara berturut-turut selama periode tahun 2012-2014
b.      Perusahaan manufaktur yang laporan keuangannya menggunakan  mata uang Rupiah.
c.      Perusahaan manufaktur yang memperoleh laba secara berturut-turut selama periode tahun 2012-2014
3.3  Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif berupa data dalam laporan keuangan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2012, 2013 dan 2014. Sumber data yang digunakan ini adalah data sekunder berupa laporan keuangan perusahaan sampel yang diperoleh dari situs resmi Bursa Efek Indonesia (http//www.idx.co.id) dan ringkasan laporan keuangan perusahaan dalam ICMD 2015.
3.4.1   Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan melalui dokumentasi, yaitu dengan mengumpulkan data sekunder berupa laporan keuangan kuartalan dan laporan keuangan tahunan periode 2012, 2013, dan 2014 yang dipublikasikan oleh BEI melalui internet (www.idx.co.id) dan ringkasan laporan keuangan dari ICMD 2015.
3.5   Analisis Data
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis data kuantitatif dengan menggunakan program SPSS (Statistical Package for Social Sciences) versi 23 sebagai alat untuk menguji data tersebut.
3.5.1   Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif merupakan statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara menggambarkan atau mendiskripsikan data menjadi sebuah informasi yang lebih jelas dan mudah untuk dipahami. Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), median, modus, standar deviasi, nilai maksimum dan minimum.
3.5.2   Uji Multikolinieritas
Pengukuran asumsi klasik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji multikolinieritas. Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antar variabel independennya. Uji multikolinieritas yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menganalisis matrik korelasi variabel-variabel independen jika korelasi antar variabel independen kurang dari 0,9 maka tidak ada gejala multikolinieritas. Namun jika nilai korelasi lebih besar dari 0,9 maka terdapat multikolinieritas.
3.5.3  Regresi Logistik
Model analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi logistik. Pada regresi logistik, variabel dependen (Y) menggunakan data kategorik (ordinal atau nominal) dan variabel independennya (X) bisa berbentuk numerik (rasio atau interval) dan atau data kategorik. Model ini dianggap tepat karena variabel dependen (Y) dalam penelitian ini mengunakan skala nominal (Ghozali, 2016:321). Persamaan regresi logistik yang digunakan adalah sebagai berikut:
di mana:
 adalah variabel nominal manajemen laba (kategori 1 untuk perusahaan yang melakukan manajemen laba dan kategori 0 untuk perusahaan yang tidak melakukan manajemen laba.
α            adalah konstanta
β            adalah koefisien regresi
X1                      adalah profitabilitas (NPM)
X2                      adalah kepemilikan manajerial (dummy)
X3                      adalah kepemilikan publik
e             adalah error
3.5.4  Uji hipotesis
Untuk menjawab hipotesis penelitian, dilakukan beberapa metode analisis sebagai berikut:
1.     Menilai kelayakan model regresi
Kelayakan model regresi dinilai dengan menggunakan Hosmer and Lemeshow’s Goodnes of Fit Test. Jika nilai Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test signifikan secara statistik pada α=0,05 maka model tidak mampu memprediksikan nilai observasinya.
2.      Menilai Keseluruhan Model (Overall Model Fit)
Dalam menilai model fit dan keseluruhan model (overall model fit) dapat dilkukan dengan beberapa cara sebagai berikut:
a.      Uji Model Fit (-2Log LikeHood)
Uji statistik model fit digunakan berdasarkan fungsi likelihood pada estimasi model regresi. Penggunaan nilai untuk keseluruhan model terhadap data dilakukan dengan membandingkan nilai -2Log Likelihood awal (blok number = 0) dengan nilai -2Log Likelihood akhir (blok number = 1). Apabila terjadi penurunan, maka model tersebut menunjukkan model regresi yang baik.
b.      Cox and Snell’s R square & Negelkerke’s R square
Cox and Snell’s R square merupakan ukuran yang mencoba meniru ukuran R square pada multiple regression yang didasarkan pada teknik estimasi likelihood dengan nilai maksimum kurang dari 1 sehingga sulit diinterprestasikan. Untuk mendapatkan koefisien determinasi yang dapat diinterprestasikan seperti nilai pada multiple regression, maka digunakan Negelkerke’s R square. Negelkerke’s R square merupakan modifikasi dari koefisien Cox and Snell’s R square untuk memastikan bahwa nilainya bervariasi dari 0 sampai 1. Hal ini dilakukan dengan cara membagi nilai Cox and Snell’s R square  dengan nilai maksimumnya. Nilai Negelkerke’s R square dapat diinterpretasikan seperti nilai R2 pada multiple regression (Ghozali, 2016:329).
3.      Pengujian Signifikan Koefisien Regresi
Pengujian signifikan koefisien regresi dilakukan untuk menguji seberapa jauh pengaruh satu variabel independen terhadap variabel dependen. Koefisien regresi logistik dapat ditentukan dengan menggunakan p-value (Probability value) dengan taraf signifikasi α=5% atau 0,05. Kriteria menerima atau menolak hipotesis yang digunakan adalah:
a.   Jika nilai probabilitas sig < α, maka hipotesis diterima
b.   Jika nilai probabilitas sig ≥ α, maka hipotesis ditolak
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1   Gambaran Umum Perusahaan
Perusahaan manufaktur adalah perusahaan yang mengkombinasikan fungsi mesin, peralatan dan tenaga kerja dalam suatu proses untuk mengubah bahan mentah menjadi barang jadi yang siap dipasarkan (dijual). Perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia (BEI) meliputi sektor industri dasar dan kimia, sektor aneka industri, dan sektor barang konsumsi.
Data yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari laporan keuangan kuartalan dan laporan keuangan tahunan yang diterbitkan oleh Bursa Efek Indonesia (www.idx.co.id) serta ringkasan laporan keuangan dari ICMD 2015. Dari data yang telah dikumpulkan tersebut kemudian dilakukan proses penyeleksian sampel sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Berdasarkan proses penyeleksian sampel tersebut diperoleh 68 perusahaan yang sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan, sehingga total observasi penelitian selama tiga tahun berjumlah 204 data observasi.
4.2     Hasil Analisis Data
4.2.1 Perhitungan Manajemen Laba dengan Revenue Model
Setelah diperoleh sampel yang sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan yaitu sebanyak 68 perusahaan, selanjutnya adalah menentukan rumus regresi revenue model. Kemudian menghitung nilai residual (error) untuk menentukan perusahaan melakukan manajemen laba atau tidak. Jika nilai residual kurang dari -0,075 atau lebih dari 0,075 mengindikasikan perusahaan melakukan manajemen laba, sedangkan jika nilai residual antara -0,075 sampai 0,075 maka perusahaan dikategorikan sebagai perusahaan yang tidak melakukan manajemen laba (Windharta, 2014). Hasil ringkasannya dapat dilihat pada tabel 4.1 sebagai berikut:
Tabel 4.1
Daftar Status Manajemen Laba Perusahaan Sampel
Status
2012
2013
2014
Melakukan manajemen Laba
43
48
47
Tidak melakukan manajemen laba
25
20
21
Jumlah
68
68
68
Setelah memperoleh perusahan mana saja yang melakukan manajemen laba, langkah selanjutnya adalah menguji pengaruh profitabilitas, kepemilikan manajerial dan kepemilikan publik terhadap manajemen laba pada 68 perusahaan tersebut dengan melakukan analisis statistik deskriptif dan regresi logistik menggunakan program SPSS versi 23.
4.2.2  Analisis Statistik Deskriptif
Hasil analisis statistik deskriptif dari variabel-variabel yang diteliti dapat dilihat dalam tabel berikut:
Tabel 4.2
Analisis Statistik Deskriptif

N
Min.
Max.
Mean
Std. Deviation
Y
204
0
1
.68
.469
X1
204
.001
.602
.097
.092
X2
204
0
1
.52
.501
X3
204
.010
.669
.266
.163
Valid N (listwise)
204




Berdasarkan tabel 4.2 dapat dijelaskan bahwa hasil uji statistik deskriptif untuk 68 perusahaan manufaktur selama tiga tahun sehingga total observasi penelitian berjumlah 204 perusahaan adalah nilai rata-rata manajemen laba sebesar 0.68 yang berarti 68% dari jumlah data observasi perusahaan melakukan manajemen laba dan sisanya tidak melakukan manajemen laba.
Hasil uji statistik deskriptif untuk variabel profitabilitas adalah nilai rata-rata sebesar 0,097 dengan standar deviasi 0,092. Nilai terendah profitabilitas sebesar 0,001 dan nilai tertinggi sebesar 0,602. Hal ini berarti perusahaan sampel memiliki perbandingan laba bersih setelah pajak dan penjualan paling rendah sebesar 0,1% dan memiliki perbandingan laba bersih setelah pajak dan penjualan paling tinggi sebesar 60,2% serta perusahaan mempunyai rata-rata profitabilitas sebesar 9,7% dengan ukuran penyebaran sebesar 0,092 dari 68 perusahaan sampel.
Hasil uji statistik deskriptif untuk variabel kepemilikan manajerial adalah nilai rata-rata sebesar 0,52 yang berarti bahwa 52% dari jumlah data observasi perusahaan mempunyai kepemilikan manajerial (atau ada pihak manajemen yang memiliki saham perusahaan yang beredar).
Hasil uji statistik deskriptif untuk variabel kepemilikan publik adalah nilai rata-rata sebesar 0,266 dengan standar deviasi sebesar 0,163. Nilai terendah kepemilikan publik sebesar 0,010 dan nilai tertinggi sebesar 0,669. Hal ini berarti perusahaan sampel memiliki perbandingan jumlah saham yang dimiliki publik dengan jumlah seluruh saham perusahaan yang beredar paling rendah sebesar 1% dan paling tinggi sebesar 66,9% serta mempunyai rata-rata saham yang dimiliki publik sebesar 26,6% dengan ukuran penyebaran 0,163 dari 68 perusahaan sampel.
4.2.3 Uji Multikolinieritas
Uji mutikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Berikut ini adalah tabel matrik korelasi antar variabel independen:



Tabel 4.3
Matrik Korelasi Antar Variabel Independen

Constant
X1
X2
X3
Constant
1.000
-.528
-.466
-.684
X1
-.528
1.000
.089
.104
X2
-.466
.089
1.000
.038
 X3
-.684
.104
.038
1.000
Berdasarkan tabel 4.4 di atas, dapat disimpulkan bahwa nilai koefisien korelasi ketiga variabel kurang dari 0,9 maka tidak ada hubungan yang serius antar variabel independennya ( tidak ada multikolinieritas).
4.2.4 Hasil Pengujian Koefisien Regresi Logistik
Variabel dependen yaitu manajemen laba dalam penelitian ini bersifat nominal (melakukan manajemen laba atau tidak melakukan manajemen laba), sehingga pengujian hipotesis dari penelitian ini menggunakan regresi logistik biner (binary logistic regression). Hasil pengujian model fit seperti pada hasil output SPSS dapat diringkas sebagai berikut:
1.      Menilai Kelayakan Model Regresi
Tabel 4.4
Hosmer and Lemeshow Test
Step
Chi-square
df
Sig.
1
8.961
8
.346
Berdasarkan tabel 4.5 di atas, hasil pengujian menunjukkan nilai Chi-Square sebesar 8.961 dengan signifikan (nilai p) sebesar 0,346. Hasil tersebut berarti nilai p secara statistik tidak signifikan pada α=0.05 atau 0,346 > 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa model mampu memprediksi nilai observasinya.
2.      Menilai Keseluruhan Model (Overall Model Fit)
Dalam menilai model fit dan keseluruhan model (overall model fit) dapat dilakukan dengan beberapa cara sebagai berikut:
a.      Uji model Fit (-2log LikeHood)
Tabel 4.5
Uji Model Fit Block 0
Iteration
-2 Log likelihood
Coefficients
Constant
Step 0
1
256.882
.706
2
256.837
.737
3
256.837
.738
Tabel 4.6
Uji model Fit Block 1
Iteration
-2 Log likelihood
Coefficients
Constant
X1
X2
X3
Step 1
1
248.879
-.150
2.047
.243
1.999
2
248.523
-.250
2.529
.285
2.356
3
248.522
-.254
2.555
.287
2.370
4
248.522
-.254
2.555
.287
2.370
Dari tabel 4.5 dan tabel 4.6 dapat dilihat nilai -2Log likelihood awal sebesar 256.837 dan setelah dimasukkan ketiga variabel independen, maka nilai -2Log likelihood akhir mengalami penurunan sebesar 8.315 menjadi 248.522. Penurunan ini menunjukkan model regresi yang lebih baik atau dengan kata lain model yang dihipotesiskan fit dengan data.
b.      Koefisien Determinasi (Negelkerke’s R Square)
Tabel 4.8
Koefisien Determinasi
Step
-2 Log likelihood
Cox & Snell R Square
Nagelkerke R Square
1
250.612a
.040
.056
Nilai Negelkerke’s R Square dalam pengujian ini adalah sebesar 0,056 yang berarti variabilitas variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel independen adalah sebesar 5,6% dan sisanya sebesar 94,4% dijelaskan oleh variabel-variabel di luar model penelitian.
3.   Pengujian Signifikansi Koefisien Regresi


Tabel 4.9
Hasil Uji Regresi Logistik

B
S.E.
Wald
df
Sig.
Exp(B)
Step 1a
X1
2.555
1.816
1.979
1
.159
12.878
X2
.287
.307
.875
1
.350
1.332
X3
2.370
.973
5.928
1
.015
10.693
Constant
-.254
.383
.441
1
.507
.775
Pada tabel 4.9 dapat terlihat bahwa nilai koefisien profitabilitas sebesar 2,555, koefisien kepemilikan manajerial sebesar 0,287, koefisien kepemilikan publik sebesar 2,370 dan konstanta sebesar -0.254. Dari pengujian regresi logistik ini diperoleh persamaan regresi logistik sebagai berikut:
Persamaan regresi tersebut menunjukkan bahwa apabila profitabilitas, kepemilikan manajerial dan kepemilikan publik bernilai konstan, maka probabilitas perusahaan melakukan manajemen laba sebesar 0,775 (e-0,254).
Koefisien profitabilitas sebesar 2,555, hal ini dapat diartikan bahwa jika terjadi peningkatan persentase profitabilitas maka probabilitas perusahaan melakukan manajemen laba akan mengalami kenaikan sebesar 2,555 kali. Jika persentase variabel profitabilitas mengalami peningkatan sementara variabel kepemilikan manajerial dan kepemilikan publik  adalah konstan maka probabilitas perusahaan melakukan manajemen laba naik sebesar 12,878 (e2,555).
Koefisien kepemilikan manajerial sebesar 0,287, hal ini dapat diartikan bahwa jika ada kepemilikan manajerial dalam perusahaan maka probabilitas perusahaan melakukan manajemen laba akan mengalami peningkatan  sebesar 0,287 kali. Jika ada kepemilikan manajerial pada perusahaan sementara variabel profitabilitas dan kepemilikan publik adalah konstan maka probabilitas perusahaan melakukan manajemen laba naik sebesar 1,332 (e0,287).
Koefisien kepemilikan publik sebesar 2,370, hal ini dapat diartikan bahwa jika terjadi peningkatan persentase kepemilikan publik maka probabilitas perusahaan melakukan manajemen laba akan mengalami kenaikan sebesar 2,370 kali. Jika persentase variabel kepemilikan publik mengalami peningkatan sementara variabel profitabilitas dan kepemilikan manajerial adalah konstan maka probabilitas perusahaan melakukan manajemen laba naik sebesar 10,693 (e2,370).
4.3     Pembahasan Hasil Pengujian Hipotesis
4.3.1  Pengaruh Profitabilitas Terhadap Manajemen Laba
Berdasarkan tabel 4.9 variabel profitabilitas menunjukkan koefisien regresi sebesar 2,555 dengan tingkat signifikan sebesar 0,159 yang berarti bahwa profitabilitas perusahan yang diproksikan dengan NPM berpengaruh positif tetapi tidak signifikan karena nilai signifikannya lebih besar dari 0,05. Penelitian ini membuktikan bahwa profitabilitas tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap tindakan manajemen laba. Dengan tingkat profitabilitas yang rendah tidak membuat perusahaan melakukan manajemen laba, hal ini dikarenakan investor cenderung mengabaikan informasi NPM yang ada sehingga manajemen pun menjadi tidak termotivasi melakukan manajemen laba melalui variabel profitabilitas. Dengan demikian hipotesis pertama dalam penelitian ini ditolak.
4.3.2  Pengaruh Kepemilikan Manajerial Terhadap Manajemen Laba
Berdasarkan tabel 4.9 variabel kepemilikan manajerial menunjukkan koefisien regresi sebesar 0,287 dengan tingkat signifikan sebesar 0,350 yang berarti bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh positif tetapi tidak signifikan karena nilai signifikannya lebih besar dari 0,05. Penelitian ini membuktikan bahwa kepemilikan manajerial tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap tindakan manajemen laba. Hal ini menandakan bahwa adanya kepemilikan manajerial dalam perusahaan tidak serta merta menunjukkan insentif manajer untuk melakukan manajemen laba. Hasil ini didukung dengan teori stewardship yang memandang manajemen sebagai pihak yang dapat dipercaya untuk bertindak sebaik-baiknya bagi kepentingan stakeholders. Dengan demikian hipotesis kedua dalam penelitian ini ditolak.
4.3.3  Pengaruh Kepemilikan Publik Terhadap Manajemen Laba
Berdasarkan tabel 4.9 variabel kepemilikan publik menunjukkan koefisien regresi sebesar 2,370 dengan tingkat signifikan sebesar 0,015 yang berarti bahwa kepemilikan publik berpengaruh positif  dan signifikan karena nilai signifikannya lebih kecil dari 0,05. Penelitian ini membuktikan bahwa kepemilikan publik memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tindakan manajemen laba. Semakin tinggi persentase kepemilikan publik maka semakin besar kemungkinan manajer melakukan manajemen laba. Dengan demikian hipotesis ketiga dalam penelitian ini diterima.
5.1   Simpulan
Berdasarkan analisis regresi logistik dan pembahasan yang telah dikemukakan dalam bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
a.     Hasil penelitian menunjukkan bahwa profitabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
b.    Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
c.     Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepemilikan publik berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
5.2   Saran
Berdasarkan hasil dan kesimpulan penelitian yang diperoleh, maka penulis memberikan beberapa saran sebagai berikut:
a.     Bagi investor, sebaiknya berhati-hati dalam menetapkan keputusan bisnis jangan hanya fokus pada laba karena laba merupakan bagian laporan keuangan yang tidak dapat dihindarkan dari manajemen laba, sehingga investor harus mempertimbangkan juga informasi non keuangan.
b.    Bagi perusahaan, sebaiknya meningkatkan kinerja untuk mengelola perusahaan dengan lebih efektif dan efisien tanpa melakukan manajemen laba, karena hal tersebut akan membuat laporan keuangan yang dihasilkan menjadi bias dan tidak akurat untuk mengambil keputusan.
c.     Bagi peneliti selanjutnya, agar menggunakan sampel perusahaan yang lebih banyak tidak hanya perusahaan manufaktur saja, menambah variabel-variabel lain yang dapat mempengaruhi manajemen laba, dan menggunakan proksi manajemen laba yang berbeda seperti Conditional Revenue Model.


DAFTAR PUSTAKA
Agustia, Dian. 2013. Pengaruh Faktor Good Corporate Governance, Free Cash Flow dan Leverage terhadap Manajemen Laba. Jurnal Akuntansi Keuangan, Vol. 15 No. 1, Hlm 27-42
Anton, FX. 2010. Menuju Teori Stewardship Manajemen. Majalah Ilmiah Informatika, Vol.1 No. 2 Mei, Universitas AKI Semarang
Asward, Ismalia dan Lina. 2015. Pengaruh Mekanisme Corporate Governance terhadap Manajemen Laba dengan Pendekatan Conditional Revenue Model. Jurnal Manajemen Teknologi, Vol.14, No. 1
Dechow, P.M., Sloan R.G., Sweeney A.P. 1995. Detecting Earnings Management. The Accounting Review, 70 (2):193-225
Dwikusumowati, Meriam Salsabila dan Shiddiq Nur Rahardjo. 2013. Pengaruh Karakteristik Komite Audit dan Karakteristik Perusahaan Terhadap Manajemen Laba. Diponegoro Journal of Accounting. Volume 2, Nomor 4.
Ghozali, Imam. 2016. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 23. Edisi 8. Badan penerbit Universitas Diponegoro, Semarang
Ginantra, I Komang Gede dan I Nyoman W.A Putra. 2015. Pengaruh Profitabilitas, Leverage, Ukuran Perusahaan, Kepemilikan Publik, Dividend Payout Ratio Dan Net Profit Margin Pada Perataan Laba. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana 10.2, Hlm 602-617
Indonesian Capital Market Directory (ICMD). 2015.
Jamaan. 2008. Pengaruh Mekanisme Corporate Governance dan Kualitas Kantor Akuntan Publik terhadap Intregritas Informasi Laporan Keuangan. Tesis. Universitas Diponegoro Semarang
Jensen, M.C and Meckling, W.H 1976.Theory Of The Firm: Manajerial Behavior, Agency Casts And Ownership Structure. Journal Of Financial Economics, October, 1976 Vol. 3 No. 4 Pp. 305-360. Sumber, Http//Papers.Ssrn.Com
Jones, J.J. 1991. Earnings Management During Import Relief Invistagions. Journal Of Accounting Research, 29 (2), 193-228
Midiastuty, Pratana Puspa dan Mas’ud Machfoedz. 2003. Analisis Hubungan Mekanisme Corporate Governance dan Indikasi Manajemen Laba. SNA 6 Surabaya, 16-17 Oktober
Noviana, Sindi Retno dan Etna Nur Afri Yuyetta. 2011. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Praktik Perataan Laba (Studi Empiris Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Periode 2006-2010). Jurnal Akuntansi & Auditing. Volume 8, no. 1 November 2011:1-94
Purwandari, Indri Wahyu. 2011. Analisis Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance, Profitabilitas, dan Leverage terhadap Praktik Manajemen Laba. Skripsi. Universitas Diponegoro, Semarang
Rahmawati, Yacob Suparno, dan Nurul Qomariyah. 2006. Pengaruh Asrimetri Informasi Terhadap Praktik Manajemen Laba pada Perusahaan Perbankan Publik yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta. SNA IX, Padang
Scott, William R. 2009. Financial Accounting Theory. Fifth Edition. Canada Prentice Hall
Stubben, Stephen R. 2010. Discretionary Revenues as a Measure of Earnings Management. The Accouting Review. Vol. 85 No. 2 pp. 695-717
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan. Alfabeta. Bandung
Sulistiyanto, Sri. 2008. Manajemen Laba: Teori dan Model Empiris. Penerbit Grasindo, Jakarta
Windharta, Sepriahangga Wahyu. 2014. Pengaruh Manajemen Laba Akrual dengan Pendekatan Revenue Discretionary Model terhadap Kinerja Perusahaan. Trikonomika, Vol. 13 No. 1 Hal. 108-118
Zeptian, Andra dan Abdul Rohman. 2013. Analisis Pengaruh Penerapan Corporate Governance, Struktur Kepemilikan dan Ukuran Perusahaan terhadap Manajemen Laba pada Perbankan. Diponegoro Journal of Accounting. Volume 2, Nomor 4.