Friday, 11 January 2013

REAL WORLD FENOMENA OF ACCOUNTING


Meskipun pekerjaan akuntansi yang dilakukan dalam kelas atau dalam tugas-tugas yang diberikan oleh dosen berorientasi mekanikal dan sepotong-sepotong dalam artian seperti berdiri sendiri-sendiri, dalam praktik beberapa hal tampak sebaliknya. Beberapa diantaranya tampak berikut ini, yang hampir seluruhnya diambil dari Jerry J Weygandt, Donald E. Kieso dan Walter G. Kell, Accounting Principles edisi keempat (New York: John Wiley & Sons, Inc., 1996).

1.     Penggunaan accounting software yang terintegrasi dari mulai input data transaksi secara otomatis dan seketika akan menghasilkan laporan keuangan. Program semacam ini juga secara otomatis tidak akan memproses apabila data debet tidak sama dengan data kreditnya, sehingga mempermudah pencarian kesalahan posting. Selain itu, dengan accounting software tidak ada lagi “Buku” Besar, “Buku” Pembantu dan sebagainya. Yang ada tinggallah disket dan printouts.

2.     Neraca lajur dalam sistem komputer bisa jadi tidak lagi ada debet dan kredit tetapi hanya satu kolom. Yang menunjukkan mana debet dan mana kredit hanyalah tanda plus atau minus sehingga totalnya akan 0. Kesalahan akan muncul apabila jumlah neraca lajur ini tidak 0.

3.     Di sisi yang lain, sistem akuntansi yang terkomputerisasi bisa jadi sumber mala petaka bagi perusahaan apabila tidak dimutakhirkan. Sebagai contoh, apabila seseorang membeli barang di Makro, Goro atau bahkan Carrefour, maka beberapa barang akan dikenai pajak pertambahan nilai (PPN) dan beberapa lainnya tidak. Tarip PPN adalah 10%. Apabila Pemerintah mengumumkan adanya perubahan mengenai barang-barang yang dikenai atau tidak dikenai PPN atau misalnya taripnya berubah, maka perusahaan seperti itu harus meng-­up date  program mereka. Kalau tidak niscaya akan merugikan perusahaan karena bisa jadi Pemerintah bukan hanya akan meminta perusahaan untuk membayar PPN-nya tetapi mengenakan denda dan sanksi pula. Terlepas dari masalah itu, semakin banyak perusahaan yang menggunakan komputer dalam pemrosesan data. Diperkirakan pada pertengahan tahun 90-an sudah sampai 250 juta komputer pribadi (personal computer atau PC) yang digunakan.

Tidak jarang manajemen membutuhkan “pembukuan” pihak lain. Seluruh hasil pemrosesan akuntansi relatif bisa diperoleh dengan mudah apabila perusahaan tersebut sudah menjual sahamnya di bursa atau sudah go public. Sementarai itu untuk yang tidak go public data mungkin hanya sepotong-sepotong, misalnya prosentase laba bruto terhadap total penjualan. Contoh lain sering pula dilakukan oleh majalah tertentu seperti Fortune 500 di Amerika Serikat atau Majalah Swa di Indonesia. Dengan data pembanding ini maka manajemen dapat mengetahui apakah ada biya di perusahaannya yang melebihi perusahaan lain yang sejenis, atau apakah penjualan menurun cukup drastis dibanding penjualan perusahaan lain, atau juga apakah laba akhir perusahaan diperoleh bukan dari operasi normal perusahaan (operating income) tetapi dari obligasi Pemerintah seperti yang dialami oleh bebera[a bank di Indonesia. Dengan demikian kinerja perusahaan dan manajemen serta pegawai dapat dimonitor. Di kelas, pembicaraan pembukuan “biasanya” terfokus padasatu perusahaan saja. 

No comments:

Post a Comment